CAHAYA DAN KEGELAPAN


STIKOM MUHAMMADIYAH BATAM

CAHAYA DAN KEGELAPAN

Allah berfirman:

“Sesiapa yang buta di dunia buta juga di akhirat”. (Surah Bani Israil, ayat 72).

Bukan buta mata yang di kepala tetapi buta mata yang di hati yang menghalang seseorang daripada melihat cahaya hari akhirat.

Firman Allah:

A

“Bukan matanya yang buta tetapi hatinya yang di dalam dada”. (Surah Hajj, ayat 46).

         Hati menjadi buta disebabkan oleh kelalaian, yang membuat seseorang lupa kepada Allah dan lupa kepada kewajipan mereka, tujuan mereka, ikrar mereka dengan Allah, ketika mereka masih berada di dalam dunia. Sebab utama kelalaian adalah kejahilam terhadap hakikat (kebenaran) undang-undang dan peraturan Tuhan.

         Apa yang menyebabkan seseorang itu berterusan di dalam kejahilam ialah kegelapan yang menyeluruh menutupi seseorang dari luar dan sepenuhnya menguasai batinnya. Sebahagian daripada nilai-nilai itu yang mendatangkan kegelapan ialah sifat-sifat angkuh, sombong, megah, dengki, bakhil, dendam, bohong, mengumpat, fitnah dan lain-lain sifat keji. Sifat-sifat yang keji itulah yang merendahkan ciptaan Tuhan yang sangat baik sehingga jatuh kepada tahap yang paling rendah.
Untuk membebaskan seseorang daripada kejahatan itu dia perlu menyucikan dan menyinarkan cermin hatinya. Penyucian ini dilakukan dengan mendapatkan pengetahuan, dengan beramal menurut pengetahuan itu, dengan usaha dan keberanian, melawan ego diri, menghapuskan yang banyak pada diri, mencapai keesaan. Perjuangan ini berterusan sehingga hati menjadi hidup dengan cahaya keesaan – dan dengan cahaya keesaan itu mata bagi hati yang suci akan melihat hakikat sifat-sifat Allah di sekeliling dan pada dirinya.
          Hanya selepas itu baharu kamu ingat akan kediaman kamu yang sebenar yang darinya kamu datang. Kemudian kamu akan ada rasa kerinduan dan keinginan untuk kembali kepada rumah kediaman yang sebenar, dengan pertolongan Yang Maha Mengasihani roh suci pada diri kamu akan menyatu dengan-Nya. Bila sifat-sifat kegelapan terangkat cahaya mengambil alih tempatnya dan orang yang memiliki mata rohani akan melihat. Dia mengenali apa yang dia lihat dengan cahaya nama-nama sifat Ilahiah. Kemudian dirinya dibanjiri oleh cahaya dan bertukar menjadi cahaya. Cahaya ini masih lagi hijab menutupi cahaya suci Zat, tetapi masanya akan sampai bila ini juga akan terangkat, yang tinggal hanya cahaya suci Zat itu sendiri.

         Hati mempunyai dua mata, satu yang sempat dan satu lagi yang luas. Dengan mata yang sempat seseorang boleh melihat kenyataan sifat-sifat dan nama-nama Allah. Penglihatan ini berterusan sepanjang perkembangan kerohaniannya. Mata yang luas melihat hanya kepada apa yang dijadikan kelihatan oleh cahaya keesaan dan yang esa. Hanya bila seseorang sampai kepada daerah kehampiran dengan Allah dia akan melihat, di dalam alam penghabisan bagi kenyataan Zat Allah, Yang Esa dan Mutlak. Bagi mencapai makam-makam ini ketika masih di dalam dunia, di dalam kehidupan ini kamu mestilah membersihkan diri kamu daripada sifat-sifat keduniaan, yang ego dan keegoan. Jarak yang kamu mengembara di dalam kenaikan kamu ke arah makam-makam tersebut bergantung kepada sejauh mana kamu mengasingkan diri daripada hawa nafsu yang rendah dan ego diri kamu.
Pencapaian kamu kepada matlamat yang kamu inginkan bukanlah seperti barang kebendaan sampai ke tempat kebendaan. Ia juga bukan ilmu yang membawa seseorang kepada sesuatu yang menjadi diketahui (daripada tidak tahu), juga bukan pertimbangan yang memperolehi apa yang difikirkan, bukan juga khayalan yang menyatu dengan apa yang dikhayalkan. Matlamat yang kamu ingin capai ialah kesedaran tentang ketiadaan (kekosongan) kamu daripada segala sesuatu kecuali Zat Allah. Pencapaian ini adalah perubahan suasana yang terjadi, bukan perubahan pada sesuatu yang nyata. Di sana tiada jarak, tiada dekat atau jauh, tiada kesampaian, tiada ukuran, tiada arah, tiada ruang.
          Dia Maha Besar, segala puji untuk-Nya. Dia Maha Pengampun. Dia menjadi nyata dalam apa yang Dia sembunyikan daripada kamu. Dia menyatakan Diri-Nya sebagaimana Dia melabuhkan tirai di antara Dia dengan kamu. Pengenalan tentang Diri-Nya tersembunyi di dalam ketidakupayaan mengenali-Nya. Jika ada di antara kamu yang sampai kepada cahaya yang diterangkan dalam buku ini ketika kamu masih lagi berada di dalam dunia, buatlah muhasabah (hisab) terhadap diri kamu, buku catatan kamu tentang amalan kamu. Hanya di bawah cahaya kamu boleh melihat apa yang kamu sudah buat dan sedang buat; buat kiraan kamu, seimbangkannya. Kamu akan membaca buku catatan kamu di hadapan Tuhan kamu pada hari pembalasan. Itu adalah muktamad. Kamu tidak ada peluang mengimbanginya di sana. Jika kamu lakukan di sini ketika kamu masih ada masa, kamu akan termasuk ke dalam golongan yang diselamatkan. Jika tidak azab dan seksa menjadi bahagian kamu di akhirat. Hidup ini akan berakhir. Di sana ada azab di dalam kubur, ada hari pembalasan, ada neraka yang menimbang sehingga kepada dosa yang paling kecil dan kebaikan yang paling kecil. Kemudian ada jambatan yang lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada mata pedang, penghujungnya ialah taman, sementara di bawahnya ialah neraka yang penuh dengan kecelakaan, penderitaan, semuanya adalah berkekalan apabila kehidupan yang singkat ini berakhir.

cropped-a0

55

Dipublikasi di TAUHID | Komentar Dinonaktifkan pada CAHAYA DAN KEGELAPAN

KEUTAMAAN SABAR



Keutamaan Sabar

Dalam menjalani kehidupan yang semakin kompleks ini hendaknya dijalani dengan penuh kesabaran. Sabar adalah salah satu sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim. Allah SWT telah menggambarkan orang-orang yang sabar dengan beberapa sifat.

Di dalam Al-Qur`an Allah menyebut tentang sabar lebih dari 70 kali pada beberapa tempat. Bahkan, Allah juga mengaitkan berbagai derajat dan kebajikan dengan kesabaran sebagai hasilnya. Sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S. as-Sajdah ayat 24: Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar[1195]. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.

Yang dimaksud dengan sabar ialah sabar dalam menegakkan kebenaran. Q.S. an-Nahl ayat 96: Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan Sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Setiap ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT itu pahalanya sudah ditentukan dan dihitung, kecuali sabar. Seperti puasa, karena puasa merupakan bagian dari kesabaran, maka Allah SWT berfirman,”Puasa itu untuk-Ku dan Aku lah yang akan membalasnya.” Allah menisbatkan puasa kepada diri-Nya di antara ibadah-ibadah lainnya, dan Allah berjanji kepada orang-orang yang bersabar bahwa Dia akan bersama mereka. Firman-Nya dalam Q.S. al-Anfaal ayat 46: “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Adapun dalil tentang keutamaan sabar, Rasulullah SAW telah bersabda : “Sabar adalah separoh dari iman” (HR Abu Nu`aim dan Al-Khatib al-Baghdadi)

Lebih jauh mengenai kesabaran sebagai separoh dari iman, Rasulullah SAW, bersabda: “Sebagian kecil dari sesuatu yang dikaruniakan kepada kalian adalah keyakinan dan ketegaran dalam bersabar. Barangsiapa dikaruniai bagian dari keduanya, niscaya ia tidak akan memperdulikan shalat pada malam hari dan puasa pada siang hari selain daripadanya. Sungguh kalian bersabar atas apa yang menimpa kalian itu lebih aku sukai daripada setiap orang dari kalian yang mampu memenuhi untukku setiap amal perbuatan seperti halnya amal perbuatan kalian semua. Tapi, aku khawatir dunia ditaklukkan buat kalian sepeninggalku nanti, sehingga sebagian dari kalian menolak sebagian yang lain. Akibatnya, penduduk langit (malaikat) pun saat itu menolak kalian. Siapa yang sabar dan tabah, ia akan memperoleh pahalanya yang sempurna.”

Sementara mengenai atsar terkait sabar, sesungguhnya didapati dalam sepucuk surat yang dikirim oleh Umar ibnul Khatab kepada Abu Musa al-Asy`ari yang berbunyi,”Hendaklah kamu selalu bersabar. Dan ketahuilah, sesungguhnya sabar itu ada dua. Salah satunya lebih utama daripada yang lain. Sabar menghadapi musibah memang baik. Tetapi yang lebih utama lagi ialah sabar menghadapi hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT. Ketahuilah, sesungguhnya sabar adalah tiang iman. Takwa adalah kebajikan yang paling utama, dan takwa itu harus dengan kesabaran.”

Ali bin Abi Thalib R. A. mengatakan, “Iman ditegakkan di atas empat pilar yaitu keyakinan, kesabaran, jihad, dan keadilan.”

Ali juga berkata,”Kedudukan sabar terhadap iman itu laksana kedudukan kepala terhadap tubuh. Tidak ada tubuh bagi seseorang yang tidak berkepala, dan tidak ada iman bagi seseorang yang tidak memiliki kesabaran.”

Umar juga mengatakan,”Betapa baik dua pikulan yang sama beratnya, dan betapa baik tambahan bagi orang-orang yang sabar.” Yang dimaksud dengan dua pikulan yang sama adalah ampunan dan rahmat. Dan yang dimaksud dengan tambahan adalah petunjuk. Dan tambahan itu adalah apa yang dibawa di atas dua pikulan yang sama beratnya itu di atas onta.

Umar mengisyaratkan hal ini kepada firman Allah dalam Q.S al-Baqarah ayat 157: “Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Mudah-mudahan kita semua oleh Allah SWT diberikan kekuatan untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh kesabaran. Dan mudah-mudahan kita semua senantiasa ada dalam bimbingan dan Rahmat-Nya. Amin ya Allah ya Robbal `aalamiin

Dipublikasi di HATI | Meninggalkan komentar

ZIKRILLAH DAPAT MENGUSIR BISIKAN SETAN



ZIKRILLAH DAPAT MENGUSIR BISIKAN SETAN

Apakah Zikrullah Bisa Mengusir Bisikan Setan di Hati?

JIHAD MELAWAN SETAN

Manusia yang ingin selamat, ia harus berjihad melawan setan dengan bersenjatakan ilmu dan mentazkiyah jiwanya. Ilmu nafi’ akan menghasilkan keyakinan, yang akan menolak syubhat. Sedangkan tazkiyatun nafs, akan melahirkan ketakwaan dan kesabaran, yang akan mengendalikan syahwat.

Menurut Imam Ibnul Qayyim, jihad melawan setan, ada dua tingkatan. Pertama, menolak syubhat dan keraguan yang dilemparkan setan kepada hamba. Kedua, menolak syahwat dan kehendak-kehendak rusak yang dilemparkan setan kepada hamba. Jihad yang pertama akan diakhiri dengan keyakinan, sedangkan jihad yang kedua akan diakhiri dengan kesabaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”.[As Sajdah : 24].

Allah memberitakan, bahwa kepemimpinan agama hanyalah diraih dengan kesabaran (dan keyakinaan). Yakni kesabaran menolak syahwat dan kehendak-kehendak yang rusak, dan keyakinan menolak keraguan dan syubhat. (Zadul Ma’ad).

Oleh karena itu, senjata untuk melawan senjata setan ialah ilmu dan kesabaran. Ilmu yang bersumber dari kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Kemudian mengamalkan ilmu tersebut, sehingga jiwa menjadi bersih dan suci, dan menumbuhkan kesabaran.

Adapun menghadapi setan, secara rinci, di antaranya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Beriman Dan Bertauhid Kepada Allah Dengan Sebenar-benarnya.

Sesungguhnya seluruh kekuatan, kekuasaan, kesempurnaan hanyalah milik Allah Pencipta alam. Oleh karena itu, seorang hamba yang ditolong dan dilindungi Allah, maka tidak ada seorangpun yang mampu mencelakakannya. Sehingga senjata pertama dan terutama bagi seorang mukmin untuk menghadapi setan, ialah dengan beriman secara benar kepada Allah, beribadah dengan ikhlas kepadaNya, bertawakkal hanya kepadaNya, dan beramal shalih menurut aturanNya, lewat Sunnah RasulNya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan, setan tidak memiliki kekuasaan terhadap hamba-hambaNya yang beriman dan mentauhidkanNya. Allah berfirman :

إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah”.[An Nahl : 99, 100].

Ibnul Qayyim menjelaskan, ketika Iblis mengetahui bahwa dia tidak memiliki jalan (untuk menguasai) orang-orang yang ikhlas, maka dia mengecualikan mereka dari sumpahnya yang bersyarat untuk menyesatkan dan membinasakan (manusia). Disebutkan dalam Al Qur`an, Iblis mengatakan.

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Demi kekuasaanMu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlas di antara mereka”. [Shad : 82, 83]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلاَّ مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ
“Sesungguhnya hamba-hambaKu tidak ada kekuasaan bagimu (Iblis) terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang sesat” [Al Hijr : 42]

Maka ikhlas adalah jalan kebebasan, Islam adalah kendaraan keselamatan, dan iman adalah penutup keamanan [1].

2. Berpegang Teguh Kepada Al Kitab Dan As Sunnah Sesuai Dengan Pemahaman Salafush Shalih. Ketika Allah menurunkan manusia di muka bumi, sesungguhnya Dia menyertakan petunjuk untuk mereka. Sehingga manusia hidup di dunia ini tidak dibiarkan begitu saja tanpa bimbingan, atau tanpa perintah dan tanpa larangan. Bahkan Allah menurunkan kitab suci dan mengutus para rasul yang membawa peringatan, penjelasan dan bukti-bukti. Barangsiapa berpaling dari peringatan Allah, maka dia akan menjadi mangsa setan dan dijerumuskan ke dalam kecelakaan abadi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang Maha Pemurah (Al Qur`an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya” [Az Zukhruf : 36].

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa jalan Allah, jalan kebenaran, hanya satu. Menyimpang darinya, berarti mengikuti jalan-jalan setan.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَطَّ خَطًّا هَكَذَا أَمَامَهُ فَقَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَخَطَّيْنِ عَنْ يَمِينِهِ وَخَطَّيْنِ عَنْ شِمَالِهِ قَالَ هَذِهِ سَبِيلُ الشَّيْطَانِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ فِي الْخَطِّ الْأَسْوَدِ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ ( وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ )
“Dari Jabir, dia berkata,”Kami duduk di dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau membuat sebuah garis di depan beliau, lalu beliau mengatakan: ‘Ini jalan Allah Azza wa Jalla. (Kemudian) beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat dua buah garis di kanannya, dan dua garis di kirinya. Beliau bersabda: ‘Ini jalan-jalan setan’. Kemudian beliau meletakkan tangannya pada garis yang hitam (tengah, Pen), lalu membaca ayat ini.” [2] (Dan bahwa (yang kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia ; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kami bertakwa” [Al An’aam : 153]

Menjadi jelaslah, bahwa jalan keselamatan agar terhindar dari tipu daya setan hanyalah dengan mengikuti jalan Allah, mengikuti Al Kitab dan As Sunnah sebagaimana pemahaman Salafush Shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَاتَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (yaitu jalan para sahabat), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. [An Nisa` : 115].

3. Berlindung Kepada Allah Dari Gangguan Setan.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Makna ‘aku berlindung kepada Allah dari setan yang dilaknat’, yaitu aku meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang dilaknat dari gangguannya atas agamaku, atau pada duniaku, atau menghalangiku dari melakukan apa yang aku diperintahkan dengannya, atau mendorongku melakukan apa yang aku dilarang dengannya. Karena tidak ada yang mencegah setan dari manusia kecuali Allah.

Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk mengambil hati dan bersikap lembut kepada setan manusia, dengan melakukan kebaikan kepadanya, agar tabi’atnya (yang baik) menolaknya dari gangguan (yang dia lakukan).

Allah memerintahkan agar (manusia) berlindung kepadaNya dari setan, jin, karena dia tidak menerima suap. Perbuatan baik tidak akan mempengaruhinya, karena dia (setan) memiliki tabi’at yang jahat. Dan tidak akan mencegahnya darimu, kecuali Yang telah menciptakannya.[3]

Inilah sebaik-baik jalan untuk menyelamatkan diri dari setan dan tentaranya, dengan memohon perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla, karena Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui, dan Maha Berkuasa.

Memohon perlindungan ini dilakukan secara umum pada setiap waktu, setiap diganggu setan, dan juga dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang dituntunkan Allah dan RasulNya. Allah berfirman :

وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ
“Dan katakanlah : “Ya, Rabb-ku. Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Rabb-ku, dari kedatangan mereka kepadaku”. [Al Mukminun : 97-98] Allah juga berfirman,

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ باِللهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Al A’raf : 200].

Adapun waktu-waktu tertentu yang dituntunkan untuk beristi’adzah, antara lain ialah : saat diganggu setan, adanya bisikan jahat, gangguan di dalam shalat, saat marah, mimpi buruk; saat akan membaca Al Qur1an, hendak masuk masjid, saat masuk ke tempat buang hajat, saat mendengar lolongan anjing dan ringkikan keledai, ketika akan berjima’, pada waktu pagi dan petang, isti’adzah untuk anak-anak dan keluarga, ketika singgah di suatu tempat, ketika akan tidur. Perincian dalil-dalil ini semua terdapat di dalam hadits-hadits yang shahih.

4. Membaca Al Qur`an.

Di antara hikmah Allah menurunkan kitab suci Al Qur`an ialah sebagai obat dan penawar bagi orang yang beriman. Allah berfirman,

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَاهُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَيَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلاَّخَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian”. [Al Isra` : 82]

Dalam hal ini, membaca Al Qur`an juga termasuk sebagai terapi mengusir atau menjaga dari gangguan setan. Karena sesungguhnya, dengan sebab bacaan Al Qur`an ini, setan akan lari menjauh.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, janganlah kamu menjadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al Baqarah di dalamnya”.[HR Muslim, no. 780]

Kepada Abu Hurairah, setan telah membukakan salah satu rahasianya. Hal ini dibenarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setan mengatakan.

إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ ( اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الْآيَةَ فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ
“Jika engkau menempati tempat tidurmu, maka bacalah ayat kursi (Allahu la ilaha illa huwal hayyul qayyum) sampai engkau menyelesaikan ayat tersebut. Maka sesungguhnya akan selalu ada padamu seorang penjaga dari Allah, dan setan tidak akan mendekatimu sampai engkau masuk waktu pagi”. [HR Bukhari]

5. Memperbanyak Dzikrullah.

Dzikrullah merupakan benteng yang sangat kokoh untuk melindungi diri dari gangguan setan. Sebagaimana hal ini diketahui dari pemberitaan Allah melalui para rasulNya. Antara lain melalui lisan Nabi Yahya Alaihissallam, sebagaimana hadits di bawah ini.

عَنْ الْحَارِثِ الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ أَمَرَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهَا وَيَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهَا…وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ
Dari Al Harits Al Asy’ari, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin Zakaria Alaihissallam dengan lima kalimat, agar beliau mengamalkannya dan memerintahkan Bani Israil agar mereka mengamalkannya (di antaranya)… Aku perintahkan kamu untuk dzikrullah (mengingat, menyebut Allah). Sesungguhnya perumpamaan itu seperti perumpamaan seorang laki-laki yang dikejar oleh musuhnya dengan cepat, sehingga apabila dia telah mendatangi benteng yang kokoh, kemudian dia menyelamatkan dirinya dari mereka (dengan berlindung di dalam benteng tersebut). Demikianlah seorang hamba tidak akan dapat melindungi dirinya dari setan, kecuali dengan dzikrullah”. [HR Ahmad]

Sehingga, jika Anda ingin selamat dari tipu daya dan gangguan setan, hendaklah selalu membasahi lidah dengan dzikrullah disertai konsentrasi dengan hati.

6. Menetapi Jama’ah Umat Islam.

Bergabung dengan jamaah umat Islam dalam melaksanakan berbagai ibadah yang dituntunkan dengan berjamaah, merupakan salah satu cara menyelamatkan diri dari incaran setan. Karena sesungguhnya, setan merupakan serigala yang akan menerkam manusia, sebagaimana serigala akan menerkam domba yang menyendiri dari rombongannya.

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ قَالَ زَائِدَةُ قَالَ السَّائِبُ يَعْنِي بِالْجَمَاعَةِ الصَّلَاةَ فِي الْجَمَاعَةِ
“Dari Abu Darda’, dia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada tiga orang di suatu desa atau padang, tidak didirikan shalat jamaah pada mereka, kecuali setan menguasai mereka. Maka bergabunglah dengan jamaah, karena sesungguhnya serigala itu akan memakan kambing yang menyendiri” [HR Abu Dawud, no. 547]

7. Mengetahui Tipu-Daya Setan Sehingga Mewaspadainya.

Sungguh setan sangat antusias menyesatkan manusia. Dia menghabiskan umur dan nafasnya untuk merusak keadaan manusia. Maka kewajiban orang yang berakal, ia harus mewaspadai musuhnya ini, yang telah menampakkan permusuhannya semenjak zaman Nabi Adam Alaihissallam. Allah memperingatkan hamba-hambaNya dengan firmanNya :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَازَكَى مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللهَ يُزَكِّي مَن يَشَآءُ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمُُ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [An Nur : 21]

Salah satu cara untuk mengetahui tipu daya setan, yaitu dengan mengetahui dan membongkar tipu-dayanya, sehingga seseorang dapat menghindarinya. Karena barangsiapa tidak mengetahui keburukan, tanpa disadarinya, dia akan terjerumus ke dalamnya.

8. Menyelisihi Setan Dan Menjauhi Sarana-Sarananya Untuk Menyesatkan manusia.

Setan adalah musuh manusia. Kita wajib menjadikannya sebagai musuh. Karena tabiat musuh selalu berusaha dengan berbagai cara untuk mencelakakan musuhnya dan menjauhkannya dari kebaikan-kebaikan. Allah berfirman :

يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَيَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغُرُورُ إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. [Fathir : 5, 6].

Termasuk dalam hal ini, yaitu menyelisihi perbuatan-perbuatan setan, seperti :

– Setan makan dan minum dengan tangan kiri, maka kita menyelisihinya dengan makan dan minum dengan tangan kanan.

– Setan tidak melakukan qailulah (istirahat di tengah hari), maka kita menyelisihinya dengan melakukan qailulah.

– Kita wajib meninggalkan tabdzir (pemborosan), karena orang-orang yang melakukan tabdzir adalah saudara-saudara setan.

– Kita wajib melakukan sesuatu dengan tenang dan hati-hati, karena sikap tergesa-gesa adalah dari setan.

– Hendaklah kita menolak dan menahan sekuatnya saat menguap, karena hal itu dari setan. Dalil-dalil yang kami sebutkan ini, terdapat di dalam hadits-hadits yang shahih. Demikian juga kita jauhi sarana-sarana yang digunakan setan untuk menyesatkan manusia, seperti musik, nyanyian, minuman keras, dan lain-lain.

9. Meyakini Kelemahan Tipu-Daya Setan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ ءَامَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَآءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah”. [An Nisa` : 76].

Bagaimanapun lihainya setan menebarkan perangkap-perangkapnya atas manusia, namun kita tetap harus meyakini bahwa tipu daya setan itu sesungguhnya lemah. Asalkan kita selalu mentaati Allah Yang Maha Perkasa.

Di antara kelemahan setan ialah: dia tidak dapat membuka pintu yang dikunci dan disebut nama Allah padanya. Demikian juga tidak dapat makan bersama manusia yang mengucapkan bismillah sebelumnya. Setab juga tidak dapat bermalam di dalam rumah yang penghuninya masuk dengan membaca bismillah.

10. Taubat Dan Istighfar.

Selama masih hidup, manusia membutuhkan taubat dan istighfar dari dosa-dosanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selama manusia berbuat demikian, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan selalu mengampuninya.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ إِبْلِيسَ قَالَ لِرَبِّهِ بِعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ لَا أَبْرَحُ أُغْوِي بَنِي آدَمَ مَا دَامَتِ الْأَرْوَاحُ فِيهِمْ فَقَالَ اللَّهُ فَبِعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَبْرَحُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي
“Dari Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Iblis berkata kepada Robbnya,’Demi kemuliaan dan keagunganMu, aku senantiasa akan menyesatkan anak-anak Adam selama ruh masih ada pada mereka’. Maka Allah berfirman,’Demi kemuliaan dan keagunganMu, Aku senantiasa akan mengampuni mereka selama mereka mohon ampun kepadaKu”. [HR Ahmad].

Inilah sedikit penjelasan tentang setan dan tipu dayanya. Semoga bermanfaat dan menjadi bekal untuk membentengi diri kita dari gangguan dan godaan setan yang terkutuk. Wallahul musta’an.

Dipublikasi di HATI | Meninggalkan komentar

BISIKAN HATI DAN FIKIRAN JIN




BISIKAN HATI DAN FIKIRAN JIN


Bisikan Hati dan fikiran jin

Perilaku manusia secara umum dipengaruhi oleh bisikan yang muncul didalam hati dan fikiran mereka. Bisikan ini bisa berupa anjuran untuk melakukan hal negatif bisa juga berupa nasehat dan larangan untuk melakukan hal yang buruk itu.

Bisikan negatif muncul dari setan dan jin yang menguasai hati dan fikiran orang itu, sedangkan bisikan positip muncul dari bimbingan Allah didalam hati dan fikiran manusia.

Bisikan mana yang dominan sangat dipengaruhi oleh suasana hati orang yang bersangkutan. Orang yang hatinya selalu berdzikir mengingat Allah sulit dimasuki setan dan jin yang berusaha mempengaruhi hati dan fikiran orang itu. Hati dan fikirannya berada dalam hidayah dan bimbingan Allah, setiap muncul bisikan negatif dari setan dan jin selalu ditolak oleh hidayah dan bimbingan dari Allah.

Golongan orang yang seperti ini disebutkan dalam Qur’an surat an Naziat 40

40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, 41. maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). An Naziat 40-41

Sebaliknya orang yang jauh dari dzikir dan taat pada Allah, hati dan fikirannya dikuasai oleh setan dan jin yang bersarang didalamnya. Hati dan fikirannya condong pada berbagai perbuatan maksiat, dan mencari kesenangan sesat didunia ini. Hati dan fikirannya hanya fokus pada kesenangan dan kenikmatan hidup diunia ini, mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.

Golongan orang yang seperti ini disebutkan dalam Qur’an surat an Naziat ayat 37-39

37. Adapun orang yang melampaui batas 38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, 39. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An Naziat 37-39)

Awal dari berbagai perbuatan dan tindakan manusia adalah dari dalam hati mereka, orang yang hati dan fikiran nya dikuasai oleh setan dan jin dapat dipastikan hidupnya akan bergelimang kemewahan, kemaksiatan dan berbagai perilaku buruk seperti mabuk mabukan, judi, pesta pora dan memuaskan nafsu syahwatnya. Sebaliknya mereka yang hati dan fikirannya selalu berdzikir dan taat pada Allah, tentu jauh dari berbagai perbuatan maksiat tersebut. Mereka lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.

Suasana hati dan fikiiran seseorang bisa kita lihat dari perilaku dan kecenderungan perbuatan mereka. Orang yang cenderung pada kesenangan duniawi, mencintai perbuatan maksiat dan berbagai hal yang dilarang Allah berarti hati dan fikirannya sudah dikuasai oleh setan dan jin yang mendorong mereka untuk melakukan perbuatan tersebut.

BISIKAN SETAN DARI GOLONGAN JIN

Setan dari golongan jin merupakan predator bagi jiwa manusia, mereka merupakan benalu yang akan menghancurkan kehidupan seseorang. Setan dari golongan jin ini akan menyeret orang yang dipengaruhinya kedalam neraka jahanam seperti disebutkan dalam surat Fathir ayat 6

6. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala (Fathir 6).

Mereka punya kemampuan untuk berjalan didalam tubuh manusia mengikuti aliran darahnya sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah diatas dan membisikan was was dan perbuatan buruk kedalam hati dan fikiran manusia seperti disebutkan dalam surat An Naas.

Banyak hal yang menyebabkan setan dari golongan jin ini bersarang dan menempel ditubuh manusia dan membinasakan manusia itu sebagaimana benalu menempel pada tanam tanaman dan membinasakan tanam tanam itu, antara lain sebagai berikut ini


Berpaling dari peringatan Allah seperti disebutkan dalam surat az zumar ayat 36-37
Memperturutkan syahwat dan hawa nafsu seperti disebutkan dalam surat An Naziat 37-39
Suka memberi sesaji dan mengikuti ritual pemujaan kepada sesuatu selain Allah
Menyimpan jimat , wifik , benda pusaka untuk menjaga diri dan mendapatkan rezeki serta kemuliaan
Merupakan warisan leluhur yang melakukan kerjasama dengan bangsa jin (jin saka)
Melakukan amalan dan wirid untuk mendatangkan khodam jin
Jiwa dalam keadaan lemah Akibat kesedihan , kekecewaan dan rasa tertekan yang mendalam
Secara tidak sengaja mengganggu habitat kehidupan bangsa jin (tempat angker)
Dikirim orang lain dengan perantaraan sihir , berupa santet , santau , pelet atau guna guna

Salah satu cara agar terhindar dari ditempeli dan dirasuki setan dari golongan jin ini adalah dengan banyak berdzikir mengingat Allah dan selalu berlindung pada Allah dari kejahatan mereka sebagaimana disebutkan dalam surat al Mukminun ayat 97 diatas.

Orang yang sudah ditempeli dan dirasuki setan dari golongan jin ini selalu berada dalam keadaan ketakutan, cemas, gelisah, yang kadang kala tidak jelas penyebabnya. Ia amat terpengaruh oleh bisikan negatif yang muncul didalam hati dan fikirannya. Beberapa gejala yang muncul pada orang yang berada dalam pengaruh setan dari golongan jin ini antara lain:

Merasa takut, cemas , gelisah dengan penyebab yang tidak jelas keadan ini biasa disebut juga dengan paranoid

Merasa selalu ada yang mengawasi ada yang mengancam untuk membunuhnya dan selalu mengikutinya kemanapun ia pergi

Sering mendengar bisikan yang memerintahkan untuk melakukan sesuatu seperti melompat dari tempat tinggi, bunuh diri, menyerang orang lain, menabrakan diri ke kereta atau kendaraan lainnya.

Sering mendengar bisikan yang menjelek jelekan suami, istri atau pacarnya sehingga sering ribut dengan pasangannya dengan sebab yang tidak jelas

Sering mendengar suara yang memanggil manggil namanya

Sering bermimpi buruk seperti dikejar binatang buas, hanyut disungai, tenggelam dilaut, jatuh dari tempat yang tinggi, berada pada tempat yang menyeramkan , berada dikuburan dan lain sebagainya.

Sering melakukan sesuatu diluar kontrol dan kesadarannya seperti memaki suami atau istri, memutuskan atau membatalkan perjanjian yang sudah disepakati, merusak barang atau sesuatu, memukul orang lain, jika ditanyakan pada ybs dia merasa tidak pernah melakukan hal itu.

Kadang kala anggota tubuh bergerak diluar kontrol dan kendali yang bersangkutan seperti membelokan kendaraan, menginjak rem atau gas kendaraan, melompat dari tempat yang tinggi, dan melakukan berbagai tindakan yang membahayakan diri dan orang lain

Sering menyendiri dan bercakap cakap sendiri seperti sedang bicara dengan seseorang

Biasa berlama lama didalam kamar tidur atau kamar mandi seorang diri Dewasa ini banyak terjadi kecelakaan atau kasus pembunuhan akibat adanya gangguan dari setan golongan jin yang mempegaruhi hati dan fikiran seseorang ini. Banyak kasus kecelakaan dijalan raya dan jalan tol oleh pengaruh setan dari golongan jin ini. Dalam keadaan mengantuk, lelah dan setengah sadar seseorang amat mudah dipengaruhi oleh setan golongan jin ini. Tanpa disadari ia bisa menginjak gas sekuat kuatnya hingga mobil yang dikendarai tidak terkendali dan mencelakai orang lain. Bisa juga kendaraan itu berbelok masuk jurang atau sawah , atau menabrak orang dan warung ditepi jalan tanpa disadari oleh pengemudinya.

Pernah terjadi di Bandung seorang ibu yang membunuh 4 orang anaknya yang masih kecil, ketika ditanya mengapa ia membunuh anak anaknya ia mengatakan ada bisikan kuat yanvg memerintahkannya untuk melakukan hal itu.

Belum lama ini di Tangerang juga ada kasus seorang anak remaja yang menggorok leher adiknya hingga tewas ketika ditanya kenapa ia melakukan hal itu, katanya ada bisikan kuat yang memerintahkan ia untuk melakukan hal itu.

Pada suatu hari datang ketempat kami seorang ibu yang mengeluh bawa putranya mengalami gangguan ketakutan dan kecemasan yang amat sangat. Ia tidak berani ditinggal sendiri sampai tidurpun bersama ibu bapaknya padahal ia sudah dewasa. Ia takut keluar rumah , ia merasa ada orang yang mengawasi dan mengancam akan membunuhnya didepan rumah. Padahal didepan rumah tidak ada seorangpun. Saya menyarankan ibu itu untuk membuat air putih yang sudah dirukyah dan memberi minum padanya setiap pagi dan sore hari serta menyuruh putranya itu melakukan rukyah mandiri dengan mendengarkan MP3 ayat ayat rukyah. Beberapa bulan kemudian saya bertemu dengan ibu dan anak itu alhmadulillah sudah sembuh dari gangguan paranoid itu.

Seorang ibu mengeluh pada saya karena ia sering memaki suaminya dengan kata kata kasar dan meminta cerai dari suaminya berulang ulang. Anehnya ia tidak merasa melakukan hal itu, ia mendapat cerita dari suami dan ibunya yang mengatakan bahwa ia sering mengucapkan kata kasar dan minta cerai pada suaminya. Untung suaminya arif dan penyabar, ketika suasana tenang suaminya menanyakan tentang hal itu padanya . Ia heran , ia tidak merasa melakukan hal seperti itu.

Akhirnya ia diantar kerumah saya oleh suaminya, ketika dirukyah ibu tersebut muntah hebat. Ternyata ada setan dari golongan jin yang menguasai dirinya, hingga ia melakukan hal yang tidak disadarinya itu.

Salah seorang peserta pelatihan shalat khusuk dan rukyah mandiri ditempat kami menceritakan bahwa ia sering sekali bertengkar dengan istrinya oleh hal yang sepele, emosinya mudah memuncak. Ia sering mendengar bisikan negatif tentang istrinya. Ketika bekerja sebagai tukang pada saat pembangunan sebuah gedung bertingkat di Singapura ketika berada di lantai 80 ia mendengar bisikan kuat memerintahkannya untuk melompat dari ketinggian lantai 80 itu. “ Ayo terjun…! jangan kuatir kamu kan bisa terbang” perintah bisikan itu dengan kuat. Ia hampir melaksanakan perintah itu, kakinya sudah mulai bergerak ketepi bangunan. Ia segera sadar dan mengucapkan istighfar dan kalimat takbir. Ia segera berlari turun kelantai dasar. Ia tidak berani lagi kerja di tempat yang tinggi. Ketika saya wawancarai ternyata ia ada menyimpan jimat yang diikatkan pada pinggangya . Jimat itu saya minta dan ia saya suruh melakukan rukyah mandiri serta minum air rukyah setiap hari,sampai semua gangguan itu hilang.

Demikianlah beberapa kasus yang sering dialami oleh orang yang dirasuki setan dari golongan jin, yang hadir ditubuhnya oleh berbagai macam sebab seperti disebutkan diatas .

Dipublikasi di HATI | Meninggalkan komentar

PINTU MASUK SETAN KEDALAM DIRI


PINTU MASUK SETAN KEDALAM DIRI

Pintu Masuk Setan ke Dalam Hati

“JANGAN banyak melamun, nanti kemasukan setan ” Nasihat yang sering kita dengar ini memang betul, Alquran menegaskan hal tersebut:

“Setan neneverikan janji yang membangkitkan angan-angan kosong kepada mereka. Walhal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka kecuali tipu daya belaka. Tempat mereka itu ialah di neraka jahanam dan mereka tidak memperoleh tempat lari daripadanya” (QS An Nisa:120-121).

Setan memang punya pintu yang luas untuk masukan ke dalam hati manusia yang sedang ngelamun alias berangan-angan. Bahayanya, jika setan sudah meraja dalam diri, seseorang akan sanggup melakukan apa jua perbuatan keji dan mungkar sebab, hasil ngelamun itu akan menjadi sejalan dengan sifat jahat setan itu sendiri.

Hati adalah organ istimewa karunia allah kepada manusia. Ia mudah terbolak-balik. Pada saat setan durjanan mulau merayapm ia mulau goyah. Hati juga ibarat arena perlommbaan antara setan untuk menguasainya, Mereka akan sekuat tenaga menawan hati tersebut dab nenbujuk si pemilik hati untuk melanggar segala perinyah allah. Beruntunglah mereka yang berupaya menangkis godaan tersebut.

Menurut para ulama, setan akan menguasai manusia melalui sepuluh pintu :

1. Melalui sifat bohong dan angkuh

Dua sifat inilah yang amat mudah tersemai dan menyubur dalam diri manusia. Ia berawal daei ego manusia itu sendiri yang lazimnya akan mudah hanyut ketika dilimpahi kemewahan dan kesenangan

2. Melalui sifat bakhil

Setiap harta benda dan kemewahan yang diperoleh adalah karunia Allah. Sepatutunya dibelanjakan ke jalan yang haq. Ia sepantasnya digunakan untuk membantu kesulitan hidup orang yang memerlukan, melalui kewajiban berzakat atau bersedekah.

3. Melalui sifat takabur

Sifat ini selalu bersemau dalam diri seseorang yang merasa sudah memiliki segala-galanya dalam hidup ini. Mereka lupa bahwa kesenangan dan kenikmatan yang dikaruniakan kepadanya itu bisa saja ditarik oleh Allah kapan saja. Allah berfirman :

“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang takabur” (QS An Nahl:23).

4. Melalui sifat khianat

Khianat yang dimaksudkan bukan saja melalui perbuatan merusak milik orang lain, tetapi juga mengkhianati hidup orang lain dengan tidak mematuhi segala bentuk perjanjian.

5. Melalui sifat tidak suka menerima ilmu dan nasihat

Rasulullah selalu menasihati para sahabatnya agar menjauhkan diri masing-masing daripada menjadi golongan manusia yang dibenci Allah. Yakni golongan yang tidak suka menerima nasihat orang lain.

6. Melalui sifat hasad

Perasaan hasad se;a;i diikuti dengan rasa benci dan dendam berpanjangan. Rasulullah bersabda yang artinya:

“Hindari sifat hasad, karena ia akan memakan amalan kamu sebagaimana api memakan kayu sebagaimana apu memakan kayu kering” (HR Bukhari dan Muslim).

7. Melalui sifat suka meremehkan orang lain

Sifat egi manusia ini selalunya akan lahir apabila seseorang merasakan dirinya lebih baik jika dibandingkan dengan orang lain. Abu Umamah pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda artinya: “Tiga kelompok manusia yang tidah boleh dihina kecuali orang munafik yaitu orang tua, orang berilmu dan imam yang adil” (HR Muslim)

8. Melalui sifat ujub atau bangga diri Menurut Imam Ahmad, Rasulullah bersabda yang artinya:

“Jangan kamu bersenang-senang dalam kemewahan karena sesungguhnya hamba Allah itu bukan orang yang bersenang-senang sahaja” (HR Abu Naim dari Miaz bin Jabal)

9. Melalui sidat suka berangan-angan

Islam adalah anti kemalasan. Orang yang malas berusaha mencapau kesuksesan akan dipandang hina oleh Allah dan manusia. Mereka lebih gemar berpangku tangan dan menyimpan impian yang tinggi tetapi amat malas berusaha untuk memperolehnya.

10. Melalui sifat buruk sangka

Seseorang yang suka menuduh orang lain melakukan kejahatan tanpa diselidiki terlebih dulu amat dicela oleh Islam. Rasulullah bersabda yang artinya:

“Kelak akan ada seseorang berkata kepada orang ramai bahwa mereka sudah rusak. Sesungguhnya orang uang berkata itulah sebenarnya yang telah rusak dirinya” (HR Muslim).

Dipublikasi di Uncategorized | Tag , , , , , | Meninggalkan komentar

BISIKAN SETAN DIDALAM DIRI MANUSIABISIKAN SYAITAN


BISIKAN SETAN DIDALAM DIRI MANUSIA

97. Dan katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan bisikan syaitan. 98. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al Mukmninuun 97-98)

bisikan setan 2Dalam surat Al Mukminuun ayat 97-98 Allah memerintahkan kita agar berlindung kepada Allah dari bisikan bisikan setan dan daripada mereka mendekati kita. Setan dari golongan jin memiliki kemampuan menyelusup kedalam aliran darah manusia dan membisikan fikiran dan perasaan negatif kedalam hati dan fikiran manusia, sebagaimana dikisahkan dalam hadist berikut ini.

Dari Shofiyah binti Huyay, ia berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beri’tikaf, lalu aku mendatangi beliau. Aku mengunjunginya di malam hari. Aku pun bercakap-cakap dengannya. Kemudian aku ingin pulang dan beliau berdiri lalu mengantarku. Kala itu rumah Shofiyah di tempat Usamah bin Zaid. Tiba-tiba ada dua orang Anshar lewat. Ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mempercepat langkah kakinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Pelan-pelanlah, sesungguhnya wanita itu adalah Shofiyah binti Huyay.” Keduanya berkata, “Subhanallah, wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).

Banyak bencana dan kekacauan terjadi didunia ini akibat ulah bisikan bisikan negatif yang dimasukan kedalam fikiran dan hati manusia oleh setan dari golongan jin. Karena itu dalam surat al Mukminun ayat 97-98 diatas Allah memerintahkan kita agar selalu berlindung dari bisikan setan dan usaha mereka untuk masuk dan menyelusup kedalam aliran darah kita.

Namun demikian walaupun Allah telah mengingatkan , banyak diantara kita yang lalai dari melindungi diri terhadap bisikan setan dan usaha mereka menyelinap didalam aliarn darah kita . Orang yang berpaling dari perintah Allah , enggan beribadah dan berdzikir mengingat Allah , serta mempersekutukan Allah dengan sesuatu justru Allah kirim pada nya setan yang akan menyesatkan dirinya seperti disebutkan dalam surat az zukhruf ayat 36-37

36. Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya37. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk (Az zukhruf 36-37)

Allah membiarkan setan dari golongan jin menguasai hati dan fikiran orang tersebut, karena mereka jauh dari Allah dan selalu berpaling dari perintah dan larangannya. Setan telah menyesatkan mereka dari jalan yang lurus , namun mereka tidak menyadarinya , dan mereka merasa berada pada jalan yang benar. Orang seperti ini biasanya sulit dinasehati, bahkan cenderung ,menyerang atau menghindar dari orang yang menasehatinya. Mereka merasa paling benar sendiri, mereka baru menyadari kekeliruannya kelak diakhirat atau kalau sudah mendapatkan efek buruk dari hasil pekerjaannya itu.

BISIKAN HATI DAN FIKIRAN

Perilaku manusia secara umum dipengaruhi oleh bisikan yang muncul didalam hati dan fikiran mereka. Bisikan ini bisa berupa anjuran untuk melakukan hal negatif bisa juga berupa nasehat dan larangan untuk melakukan hal yang buruk itu.

Bisikan negatif muncul dari setan dan jin yang menguasai hati dan fikiran orang itu, sedangkan bisikan positip muncul dari bimbingan Allah didalam hati dan fikiran manusia.

Bisikan mana yang dominan sangat dipengaruhi oleh suasana hati orang yang bersangkutan. Orang yang hatinya selalu berdzikir mengingat Allah sulit dimasuki setan dan jin yang berusaha mempengaruhi hati dan fikiran orang itu. Hati dan fikirannya berada dalam hidayah dan bimbingan Allah, setiap muncul bisikan negatif dari setan dan jin selalu ditolak oleh hidayah dan bimbingan dari Allah.

Golongan orang yang seperti ini disebutkan dalam Qur’an surat an Naziat 40

40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, 41. maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). An Naziat 40-41

Sebaliknya orang yang jauh dari dzikir dan taat pada Allah, hati dan fikirannya dikuasai oleh setan dan jin yang bersarang didalamnya. Hati dan fikirannya condong pada berbagai perbuatan maksiat, dan mencari kesenangan sesat didunia ini. Hati dan fikirannya hanya fokus pada kesenangan dan kenikmatan hidup diunia ini, mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.

Golongan orang yang seperti ini disebutkan dalam Qur’an surat an Naziat ayat 37-39

37. Adapun orang yang melampaui batas 38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, 39. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An Naziat 37-39)

Awal dari berbagai perbuatan dan tindakan manusia adalah dari dalam hati mereka, orang yang hati dan fikiran nya dikuasai oleh setan dan jin dapat dipastikan hidupnya akan bergelimang kemewahan, kemaksiatan dan berbagai perilaku buruk seperti mabuk mabukan, judi, pesta pora dan memuaskan nafsu syahwatnya. Sebaliknya mereka yang hati dan fikirannya selalu berdzikir dan taat pada Allah, tentu jauh dari berbagai perbuatan maksiat tersebut. Mereka lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.

Suasana hati dan fikiiran seseorang bisa kita lihat dari perilaku dan kecenderungan perbuatan mereka. Orang yang cenderung pada kesenangan duniawi, mencintai perbuatan maksiat dan berbagai hal yang dilarang Allah berarti hati dan fikirannya sudah dikuasai oleh setan dan jin yang mendorong mereka untuk melakukan perbuatan tersebut.

BISIKAN SETAN DARI GOLONGAN JIN

Setan dari golongan jin merupakan predator bagi jiwa manusia, mereka merupakan benalu yang akan menghancurkan kehidupan seseorang. Setan dari golongan jin ini akan menyeret orang yang dipengaruhinya kedalam neraka jahanam seperti disebutkan dalam surat Fathir ayat 6

6. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala (Fathir 6).

Mereka punya kemampuan untuk berjalan didalam tubuh manusia mengikuti aliran darahnya sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah diatas dan membisikan was was dan perbuatan buruk kedalam hati dan fikiran manusia seperti disebutkan dalam surat An Naas.

Banyak hal yang menyebabkan setan dari golongan jin ini bersarang dan menempel ditubuh manusia dan membinasakan manusia itu sebagaimana benalu menempel pada tanam tanaman dan membinasakan tanam tanam itu, antara lain sebagai berikut ini

Berpaling dari peringatan Allah seperti disebutkan dalam surat az zumar ayat 36-37 Memperturutkan syahwat dan hawa nafsu seperti disebutkan dalam surat An Naziat 37-39 Suka memberi sesaji dan mengikuti ritual pemujaan kepada sesuatu selain Allah Menyimpan jimat , wifik , benda pusaka untuk menjaga diri dan mendapatkan rezeki serta kemuliaan Merupakan warisan leluhur yang melakukan kerjasama dengan bangsa jin (jin saka) Melakukan amalan dan wirid untuk mendatangkan khodam jin Jiwa dalam keadaan lemah Akibat kesedihan , kekecewaan dan rasa tertekan yang mendalam Secara tidak sengaja mengganggu habitat kehidupan bangsa jin (tempat angker) Dikirim orang lain dengan perantaraan sihir , berupa santet , santau , pelet atau guna guna

Salah satu cara agar terhindar dari ditempeli dan dirasuki setan dari golongan jin ini adalah dengan banyak berdzikir mengingat Allah dan selalu berlindung pada Allah dari kejahatan mereka sebagaimana disebutkan dalam surat al Mukminun ayat 97 diatas.

Orang yang sudah ditempeli dan dirasuki setan dari golongan jin ini selalu berada dalam keadaan ketakutan, cemas, gelisah, yang kadang kala tidak jelas penyebabnya. Ia amat terpengaruh oleh bisikan negatif yang muncul didalam hati dan fikirannya. Beberapa gejala yang muncul pada orang yang berada dalam pengaruh setan dari golongan jin ini antara lain:

Merasa takut, cemas , gelisah dengan penyebab yang tidak jelas keadan ini biasa disebut juga dengan paranoid

Merasa selalu ada yang mengawasi ada yang mengancam untuk membunuhnya dan selalu mengikutinya kemanapun ia pergi

Sering mendengar bisikan yang memerintahkan untuk melakukan sesuatu seperti melompat dari tempat tinggi, bunuh diri, menyerang orang lain, menabrakan diri ke kereta atau kendaraan lainnya.

Sering mendengar bisikan yang menjelek jelekan suami, istri atau pacarnya sehingga sering ribut dengan pasangannya dengan sebab yang tidak jelas

Sering mendengar suara yang memanggil manggil namanya

Sering bermimpi buruk seperti dikejar binatang buas, hanyut disungai, tenggelam dilaut, jatuh dari tempat yang tinggi, berada pada tempat yang menyeramkan , berada dikuburan dan lain sebagainya.

Sering melakukan sesuatu diluar kontrol dan kesadarannya seperti memaki suami atau istri, memutuskan atau membatalkan perjanjian yang sudah disepakati, merusak barang atau sesuatu, memukul orang lain, jika ditanyakan pada ybs dia merasa tidak pernah melakukan hal itu.

Kadang kala anggota tubuh bergerak diluar kontrol dan kendali yang bersangkutan seperti membelokan kendaraan, menginjak rem atau gas kendaraan, melompat dari tempat yang tinggi, dan melakukan berbagai tindakan yang membahayakan diri dan orang lain

Sering menyendiri dan bercakap cakap sendiri seperti sedang bicara dengan seseorang

Biasa berlama lama didalam kamar tidur atau kamar mandi seorang diri Dewasa ini banyak terjadi kecelakaan atau kasus pembunuhan akibat adanya gangguan dari setan golongan jin yang mempegaruhi hati dan fikiran seseorang ini. Banyak kasus kecelakaan dijalan raya dan jalan tol oleh pengaruh setan dari golongan jin ini. Dalam keadaan mengantuk, lelah dan setengah sadar seseorang amat mudah dipengaruhi oleh setan golongan jin ini. Tanpa disadari ia bisa menginjak gas sekuat kuatnya hingga mobil yang dikendarai tidak terkendali dan mencelakai orang lain. Bisa juga kendaraan itu berbelok masuk jurang atau sawah , atau menabrak orang dan warung ditepi jalan tanpa disadari oleh pengemudinya.

Pernah terjadi di Bandung seorang ibu yang membunuh 4 orang anaknya yang masih kecil, ketika ditanya mengapa ia membunuh anak anaknya ia mengatakan ada bisikan kuat yanvg memerintahkannya untuk melakukan hal itu.

Belum lama ini di Tangerang juga ada kasus seorang anak remaja yang menggorok leher adiknya hingga tewas ketika ditanya kenapa ia melakukan hal itu, katanya ada bisikan kuat yang memerintahkan ia untuk melakukan hal itu.

Pada suatu hari datang ketempat kami seorang ibu yang mengeluh bawa putranya mengalami gangguan ketakutan dan kecemasan yang amat sangat. Ia tidak berani ditinggal sendiri sampai tidurpun bersama ibu bapaknya padahal ia sudah dewasa. Ia takut keluar rumah , ia merasa ada orang yang mengawasi dan mengancam akan membunuhnya didepan rumah. Padahal didepan rumah tidak ada seorangpun. Saya menyarankan ibu itu untuk membuat air putih yang sudah dirukyah dan memberi minum padanya setiap pagi dan sore hari serta menyuruh putranya itu melakukan rukyah mandiri dengan mendengarkan MP3 ayat ayat rukyah. Beberapa bulan kemudian saya bertemu dengan ibu dan anak itu alhmadulillah sudah sembuh dari gangguan paranoid itu.

Seorang ibu mengeluh pada saya karena ia sering memaki suaminya dengan kata kata kasar dan meminta cerai dari suaminya berulang ulang. Anehnya ia tidak merasa melakukan hal itu, ia mendapat cerita dari suami dan ibunya yang mengatakan bahwa ia sering mengucapkan kata kasar dan minta cerai pada suaminya. Untung suaminya arif dan penyabar, ketika suasana tenang suaminya menanyakan tentang hal itu padanya . Ia heran , ia tidak merasa melakukan hal seperti itu.

Akhirnya ia diantar kerumah saya oleh suaminya, ketika dirukyah ibu tersebut muntah hebat. Ternyata ada setan dari golongan jin yang menguasai dirinya, hingga ia melakukan hal yang tidak disadarinya itu.

Salah seorang peserta pelatihan shalat khusuk dan rukyah mandiri ditempat kami menceritakan bahwa ia sering sekali bertengkar dengan istrinya oleh hal yang sepele, emosinya mudah memuncak. Ia sering mendengar bisikan negatif tentang istrinya. Ketika bekerja sebagai tukang pada saat pembangunan sebuah gedung bertingkat di Singapura ketika berada di lantai 80 ia mendengar bisikan kuat memerintahkannya untuk melompat dari ketinggian lantai 80 itu. “ Ayo terjun…! jangan kuatir kamu kan bisa terbang” perintah bisikan itu dengan kuat. Ia hampir melaksanakan perintah itu, kakinya sudah mulai bergerak ketepi bangunan.

Ia segera sadar dan mengucapkan istighfar dan kalimat takbir. Ia segera berlari turun kelantai dasar. Ia tidak berani lagi kerja di tempat yang tinggi. Ketika saya wawancarai ternyata ia ada menyimpan jimat yang diikatkan pada pinggangya . Jimat itu saya minta dan ia saya suruh melakukan rukyah mandiri serta minum air rukyah setiap hari,sampai semua gangguan itu hilang.

Demikianlah beberapa kasus yang sering dialami oleh orang yang dirasuki setan dari golongan jin, yang hadir ditubuhnya oleh berbagai macam sebab seperti disebutkan diatas .

Dipublikasi di HATI | Tag , , , , | Meninggalkan komentar

TENTANG WAS WAS


WAS-WAS DARI SETAN

Tanya: ِSaya sering dikuasai rasa was-was. Bila saya ingin melintasi sebuah jalan, rasa was-was itu menghantui saya hingga saya merasa bahwa jalan yang saya lalui salah, seharusnya lewat sisi yang lain. Ketika hendak makan, setan juga menyusupkan was-was pada diri saya bahwa makanan saya tidak sehat dan menimbulkan mudarat. Karenanya saya mohon nasihat antum, semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberi balasan kebaikan kepada antum.

Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah menjawab:

“Was-was itu dari setan, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Katakanlah (ya Muhammad): Aku berlindung kepada Rabb manusia. Rajanya manusia. Sesembahan manusia, dari kejelekan was-was al-khannas.” (An-Nas: 1-4) Al-Khannas adalah setan.

Maka wajib bagi anda wahai saudaraku untuk berta’awwudz kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari was-was tersebut serta berhati-hati dari tipu daya setan. Dan hendaknya pula anda berketetapan hati dalam melakukan segala urusan anda. Jika anda melewati sebuah jalan maka mantapkanlah, terus anda lalui hingga anda memang mengetahui dengan yakin di jalan tersebut ada sesuatu yang akan mengganggu. Jika memang demikian, tinggalkanlah.

Demikian pula ketika memakan makanan. Jika anda tidak tahu ada perkara yang membuat makanan tersebut diharamkan, makanlah serta tinggalkan was-was yang ada. Saat berwudhu juga demikian, terus kerjakan dan tinggalkan segala was-was yang mungkin membisikkan, “Anda tidak menyempurnakan wudhu”, “Anda belum melakukan ini dan itu”, teruskan wudhu anda selama anda pandang telah menyempurnakannya. Lalu pujilah Allah subhanahu wa ta’ala. Demikian pula saat anda mengerjakan shalat. Hati-hatilah anda dari was-was dalam segala sesuatu, yakinlah itu dari setan.

Bila anda mendapati suatu was-was dalam jiwa anda, berlindunglah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari setan serta teruskan apa yang sedang anda lakukan. Berketetapan hatilah hingga membuat jengkel setan musuh anda. Hingga pada akhirnya ia tidak dapat menguasai anda setelah sebelumnya.dapat melakukannya karena sikap lembek anda kepadanya. Kita mohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari kejelekan dan tipu daya setan.”

[Fatawa Nurun ‘Alad Darbi, hal. 76]

Tanya: Apa doa yang bisa dipanjatkan agar terlepas dari was-was setan?

Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menjawab:

“Seseorang dapat berdoa dengan doa yang Allah subhanahu wa ta’ala mudahkan baginya, seperti ia mengatakan:

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻋِﺬْﻧِﻲ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ، ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺟِﺮْﻧِﻲ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ، ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺣْﻔَﻈْﻨِﻲ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ، ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻋِﻨِّﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺫِﻛْﺮِﻙَ ﻭَﺷُﻜْﺮِﻙَ ﻭَﺣُﺴْﻦِ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻚَ ،ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺣْﻔَﻈْﻨِﻲ ﻣِﻦْ ﻣَﻜَﺎﺋِﺪِ ﻋَﺪُﻭِّﻙَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ
“Ya Allah, lindungilah aku dari setan. Ya Allah, jagalah aku dari setan. Ya.Allah, tolonglah aku untuk mengingat-Mu (berdzikir kepada-Mu), untuk bersyukur kepada-Mu dan membaguskan ibadah kepada-Mu. Ya Allah, jagalah aku dari tipu daya musuh-Mu (yaitu) setan.”

Hendaklah ia memperbanyak dzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala, banyak membaca Al-Qur`an dan berta’awwudz kepada Allah subhanahu wa ta’ala ketika mendapatkan was-was, sekalipun ia sedang mengerjakan shalat. Bila.gangguan was-was itu mendominasinya dalam shalat, hendaklah ia meludah (meniup dengan sedikit ludah) ke kiri tiga kali dan berta’awwudz dari gangguan setan sebanyak tiga kali. Ketika ’Utsman bin Abil ’Ash Ats-Tsaqafi mengeluh kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang was-was yang didapatkannya di dalam shalat, beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk.meludah ke kiri tiga kali dan berta’awwudz kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari gangguan setan dalam keadaan ia mengerjakan shalat. Utsman pun melakukan saran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala pun menghilangkan gangguan yang didapatkannya.

Kesimpulannya, bila seorang mukmin dan mukminah diuji dengan was-was, hendaknya bersungguh-sungguh meminta kesembuhan dan keselamatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari gangguan tersebut. Ia banyak berta’awwudz kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari setan, berupaya menepis perasaan was-was tersebut, tidak memedulikan serta menurutinya, baik di dalam maupun di luar shalatnya. Bila berwudhu, ia melakukannya dengan mantap dan tidak mengulang-ulangi wudhunya.

Bila sedang shalat ia mantap mengerjakannya dan tidak mengulang-ulangi shalatnya. Bila bertakbir (takbiratul ihram) ia mengerjakannya dengan mantap dan tidak mengulangi takbirnya. Semuanya dalam rangka menyelisihi bisikan musuh Allah subhanahu wa ta’ala serta dalam rangka menyalakan permusuhan terhadapnya. Demikianlah yang wajib dilakukan seorang mukmin, agar ia menjadi musuh bagi setan, memeranginya, menepisnya, dan tidak tunduk kepadanya.

Bila setan membisikkan kepada anda bahwa anda belum berwudhu dan belum shalat (dengan tujuan menyusupkan was-was hingga anda mengulang-ulangi wudhu dan shalat karena merasa belum mengerjakannya dengan benar), padahal anda tahu anda telah berwudhu, anda lihat sisa-sisa air pada tangan anda dan anda tahu anda telah mengerjakan shalat, maka janganlah menaati musuh Allah subhanahu wa ta’ala itu. Yakinlah anda telah shalat. Yakinlah anda telah berwudhu sebelumnya. Jangan anda ulang-ulangi wudhu dan shalat anda.serta berta’awwudzlah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari musuh-Nya. Wajib bagi seorang mukmin untuk kuat dalam melawan ‘musuh Allah subhanahu wa ta’ala ’ (setan) hingga musuh itu tidak bisa/mampu mengalahkan dan mengganggunya.

Karena ketika setan dapat menguasai dan mengalahkan seseorang, ia akan menjadikan orang itu seperti orang gila yang dipermainkannya. Wajib bagi mukmin dan mukminah untuk berhati-hati dari musuh Allah subhanahu wa ta’ala, ber-ta’awwudz kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari kejelekan dan tipu dayanya.

Hendaklah si mukmin itu kuat dalam melawan setan serta bersabar dalam menangkal gangguan tersebut (tidak mudah menyerah), sehingga ia tidak menuruti setan untuk mengulangi shalatnya, wudhunya, takbirnya, atau yang lainnya. Demikian pula bila setan mengatakan kepada anda, “Pakaianmu itu najis”, “Tempat ini najis”, “Di dalam kamar mandi ada najis”, “Tanah yang anda pijak ada najisnya”, atau “Tempat shalatmu ada ini dan itu”, jangan anda turuti ucapan tersebut, tapi dustakanlah si musuh Allah subhanahu wa ta’ala itu. Berlindunglah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari kejelekannya.

Tetaplah anda shalat di tempat yang biasanya, pakailah alas yang biasa anda gunakan, di atas tanah yang biasa anda pijak selama anda tahu tempat itu bersih/suci. Kecuali anda melihat dengan mata.kepala anda ada najis yang anda injak dalam keadaan basah barulah cuci kaki anda. Ketahuilah hukum asal sesuatu itu adalah berada di atas thaharah/kesucian, sehingga jangan menuruti musuh Allah subhanahu wa ta’ala dalam suatu perkara pun kecuali pada diri anda ada keyakinan yang anda lihat dan saksikan dengan mata kepala anda. Itu semua agar musuh Allah subhanahu wa ta’ala tidak menguasai anda. Kita mohon keselamatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari semuanya.”

[Fatawa Nurun ‘Alad Darbi, hal. 77-78]

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمه الله

Asy-Syaikh رحمه الله ditanya tentang seseorang yang banyak ragu-ragu (was-was) di dalam thaharah.

Beliau menjawab:

Ragu-ragu yang masuk kedalam akal dalam ibadah maupun akidah dan selainnya, bahkan sampai pada dzat Allah ta’ala, semua itu dari setan.

Oleh karena itu, ketika para shahabat رضي الله عنهم mengeluh kepada Nabi صلى الله عليه وسلم tentang apa yang mereka dapati pada diri mereka dan mereka anggap itu sesuatu yang besar, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إن ذلك من صريح الإيمان
“Sesungguhnya hal itu menunjukkan adanya iman yang benar.” (HR. Muslim) Yakni iman yang murni.

Hal itu dikarenakan setan yang memadukan syubhat semacam itu ke dalam hati seseorang yang tidak ada syubhat, dengan tujuan agar orang tersebut mengikuti syubhat dari setan.

Adapun orang yang hatinya penuh dengan syubhat atau bahkan melesat jauh dari agama, maka setan tidak berkepentingan untuk memasukkan syubhat semacam ini ke dalam hatinya, sebab dia telah penuh dengan syubhat.

Maka saya berkata kepada penanya di atas:

Sesungguhnya wajib atasnya untuk berlindung kepada Allah dari godaan setan, dan jangan pedulikan was-was nya itu, yang telah masuk pada pikirannya, baik ketika wudhu, shalat, dan selainnya.

Ragu-ragu ini menunjukkan adanya iman, tapi pada waktu yang sama jika terus menerus ragu-ragu, menunjukkan lemahnya semangat.

Dan kami katakan: ragu-ragu (was-was) itu tidak rasional. Misalnya, ketika kamu pergi ke pasar dengan niat untuk membeli atau menjual, apakah ada keraguan yang datang padamu ‘untuk apa kamu datang ke pasar?!’ Jawabnya: Tidak!

Hal itu karena setan tidak membisikkan was-was kepada manusia dalam permasalahan dunia seperti itu.

Akan tetapi setan membisikkan was-was dan ragu-ragu kepada manusia ketika melakukan ibadah, dengan tujuan untuk merusaknya.

MAKA jika sering ragu-ragu, jangan dihiraukan!

Begitu pula jika ragu-ragu muncul setelah SELESAI melakukan ibadah, maka jangan dihiraukan, kecuali jika ada KEYAKINAN.

Syak/ragu-ragu setelah SELESAI melakukan suatu ibadah, tidak berpengaruh (yakni jangan dihiraukan).

Adapun syak pada MAKANAN yang asalnya halal, maka jangan dianggap.

Sebagai contoh, ada seorang wanita Yahudi dari Khaibar, memberi hadiah kambing (yang sudah dimasak) kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم , maka beliau memakannya, juga dihidangkan untuk beliau roti dan gandum, beliau memakannya.

Dan dalam Shahih Bukhari dijelaskan, bahwa ada satu kaum yang baru masuk Islam, mereka menghadiahkan kepada jama’ah kaum muslimin daging. Maka para shahabat bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kaum itu memberi kita daging, dan kita tidak tahu apakah mereka menyebut nama Allah ataukah tidak ketika menyembelihnya.”

Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab:

سموا انتم وكلوا
“Bacalah kalian basmalah, lalu makanlah.” (HR. Bukhari)

Maka hukum asal sembelihan, dari orang yang halal sembelihannya adalah halal, sampai ada dalil yang mengharamkan.

Dan larangan itu mempersempit, tidak bisa diterima (tanpa dalil).

Dipublikasi di HATI | Tag , , , , | Meninggalkan komentar

GERBANG MENUJU ALLAH


GERBANG MENUJU ALLAH

Gerbang Menuju Ma’rifatullah

Mengenal diri itu adalah “Anak Kunci” untuk Mengenal Alloh. Hadis ada mengatakan :

MAN ‘ARAFA NAFSAHU FAQAD ‘ARAFA RABBAHU (Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Alloh) Firman Alloh Taala :

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. 41:53) Tidak ada hal yang melebihi diri sendiri.

Jika anda tidak kenal diri sendiri, bagaimana anda hendak tahu hal-hal yang lain? Yang dimaksudkan dengan Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir anda, tubuh, muka, kaki, tangan dan lain-lain anggota anda itu. karena mengenal semua hal itu tidak akan membawa kita mengenal Alloh.

Dan bukan pula mengenal perilaku dalam diri anda yaitu bila anda lapar anda makan, bila dahaga anda minum, bila marah anda memukul dan sebagainya. Jika anda bermaksud demikian, maka binatang itu sama juga dengan anda. Yang dimaksudkan sebenarnya mengenal diri itu ialah: Apakah yang ada dalam diri anda itu? Dari mana anda datang? Kemana anda pergi? Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana ini? Apakah sebenarnya bagian dan apakah sebenarnya derita? Sebagian daripada sifat-sifat anda adalah bercorak kebinatangan.

Sebagian pula bersifat Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat. Anda hendaklah tahu sifat yang mana perlu ada, dan yang tidak perlu. Jika anda tidak tahu, maka tidaklah anda tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu. Kerja binatang ialah makan, tidur dan berkelahi.

Jika anda hendak jadi binatang, buatlah itu saja. Iblis dan syaitan itu sibuk hendak menyesatkan manusia, pandai menipu dan berpura-pura. Kalau anda hendak menurut mereka itu, lakukan sebagaimana kerja-kerja mereka itu. Malaikat sibuk dengan memikir dan memandang Keindahan Ilahi. Mereka bebas dari sifat-sifat kebinatangan. Jika anda ingin bersifat dengan sifat KeMalaikatan, maka berusahalah menuju asal anda itu agar dapat anda mengenali dan menuju pada Alloh Yang Maha Tinggi dan bebas dari belenggu hawa nafsu. Sebaiknya hendaklah anda tahu kenapa anda dilengkapi dengan sifat-sifat kebintangan itu.

A dakah sifat-sifat kebinatangan itu akan menaklukkan anda atau adakah anda menakluki mereka?. Dan dalam perjalanan anda ke atas martabat yang tinggi itu, anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.

Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang zhohir, yaitu tubuh ; dan hal yang batin yaitu hati atau Ruh . Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri tubuh. Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu ialah satu hal yang dapat menggunakan semua kekuatan, yang lain itu hanyalah sebagai alat dan kaki tangannya saja. Pada hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang Alam Nyata(Alam Ijsam) tetapi adalah termasuk dalam Alam Ghaib. Ia datang ke Alam Nyata ini ibarat pengembara yang melawat negeri asing untuk tujuan berniaga dan akhirnya kembali akan kembali juga ke negeri asalnya. Mengenal hal seperti inilah dan sifat-sifat itulah yang menjadi “Anak Kunci” untuk mengenal Alloh.

Sedikit ide tentang hakikat Hati atau Ruh ini bolehlah didapati dengan memejamkan mata dan melupakan segala hal yang lain kecuali diri sendiri. Dengan cara ini, dia akan dapat melihat tabiat atau keadaan “diri yang tidak terbatas itu”. Meninjau lebih dalam tentang Ruh itu adalah dilarang oleh hukum. Dalam Al-Quran ada diterang, Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (Bani Israil:85) Demikianlah sepanjang yang diketahui tentang Ruh itu dan ia adalah mutiara yang tidak bisa dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan ia termasuk dalam “Alam Amar/perintah”.

Ia bukanlah tanpa permulaan. Ia ada permulaan dan diciptakan oleh Alloh. Pengetahuan falsafah yang tepat mengenai Ruh ini bukanlah permulaan yang harus ada dalam perjalanan Agama, tetapi adalah hasil dari disiplin diri dan berpegang teguh dalam jalan itu, seperti tersebut di dalam Al-Quran :

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut:69)

Untuk menjalankan perjuangan Keruhanian ini, bagi upaya pengenalan kepada diri dan Tuhan, maka


Tubuh itu bolehlah diibaratkan sebagai sebuah Kerajaan,
Ruh itu ibarat Raja.
Pelbagai indera (senses) dan daya (fakulti) itu ibarat satu pasukan tentara.
Aqal itu bisa diibaratkan sebagai Perdana Menteri.
Perasaan itu ibarat Pemungut pajak, perasaan itu terus ingin merampas dan merampok.
Marah itu ibarat Pegawai Polisi,
marah sentiasa cenderung kepada kekasaran dan kekerasan.

Perasaan dan marah ini perlu ditundukkan di bawah perintah Raja. Bukan dibunuh atau dimusnahkan karena mereka ada tugas yang perlu mereka jalankan, tetapi jika perasaan dan marah menguasai Aqal, maka tentulah Ruh akan hancur.

Ruh yang membiarkan kekuatan bawah menguasai kekuatan atas adalah ibarat orang orang yang menyerahkan malaikat kepada kekuasaan Anjing atau menyerahkan seorang Muslim ke tangan orang Kafir yang zalim. Orang yang menumbuh dan memelihara sifat-sifat iblis atau binatang atau Malaikat akan menghasilkan ciri-ciri atau watak yang sepadan dengannya yaitu iblis atau binatang atau Malaikat itu. Dan semua sifat-sifat atau ciri-ciri ini akan nampak dengan bentuk-bentuk yang jelas di Hari Pengadilan.


Orang yang menurut hawa nafsu nampak seperti babi,
Orang yang garang dan ganas seperti anjing dan serigala,
Orang yang suci seperti Malaikat.

Tujuan disiplin akhlak (moral) ialah untuk membersihkan Hati dari karat-karat hawa nafsu dan amarah, sehingga ia jadi seperti cermin yang bersih yang akan memantulkan Cahaya Alloh Subhanahuwa Taala. Mungkin ada orang bertanya, “Jika seorang itu telah dijadikan dengan mempunyai sifat-sifat binatang, Iblis dan juga Malaikat, bagaimanakah kita hendak tahu yang sifat-sifat Malaikat itu adalah sifatnya yang hakiki dan yang lain-lain itu hanya sementara dan bukan sengaja?”

Jawabannya ialah mutiara atau inti sesuatu makhluk itu ialah dalam sifat-sifat yang paling tinggi yang ada padanya dan khusus baginya. Misalnya keledai dan kuda adalah dua jenis binatang pembawa barang-barang, tetapi kuda itu dianggap lebih tinggi darjatnya dari keledai karena kuda itu digunakan untuk peperangan. Jika ia tidak boleh digunakan dalam peperangan, maka turunlah ke bawah derajatnya kepada derajat binatang pembawa barang-barang. saja.

Begitu juga dengan manusia; daya yang paling tinggi padanya ialah ia bisa berfikir yaitu Aqal. Dengan pikiran itu dia bisa memikirkan hal-hal Ketuhanan. Jika daya berfikir ini yang meliputi dirinya, maka bila ia mati (bercerai nyawa dari tubuh) , ia akan meninggalkan di belakang semua kecenderungan pada hawa nafsu dan marah, dan layak duduk bersama dengan Malaikat. Jika berkenaan dengan sifat-sifat Kebinatangan, maka manusia itu lebih rendah tarafnya dari binatang, tetapi Aqal menjadikan manusia itu lebih tinggi tarafnya, karena Al-Quran ada menerangkan bahwa, Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman:20)

Jika sifat-sifat yang rendah itu menguasai manusia, maka setelah mati, ia akan memandang terhadap keduniaan dan merindukan keindahan di dunia saja. Ruh manusia yang berakal itu penuh dengan kekuasaan dan pengetahuan yang sangat menakjubkan. Dengan Ruh Yang Berakal itu manusia dapat menguasai segala cabang ilmu dan Sains. Dapat mengembara dari bumi ke langit dan balik semula ke bumi dalam sekejap mata. Dapat memetakan langit dan mengukur jarak antara bintang-bintang.Dengan Ruh itu juga manusia dapat menangkap ikan ikan dari laut dan burung-burung dari udara.Menundukkan binatang-binatang untuk tunduk kepadanya seperti gajah, unta dan kuda. Lima indera (pancaindera) manusia itu adalah ibarat lima buah pintu terbuka menghadap ke Alam Nyata (Alam Syahadah) ini.

Lebih ajaib dari itu lagi ialah Hati. Hatinya itu adalah sebuah pintu yang terbuka menghadap ke Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib. Dalam keadaan tidur, apabila pintu-pintu dunia tertutup, pintu Hati ini terbuka dan manusia menerima berita atau kesan-kesan dari Alam Ghaib dan kadang-kadang membayangkan hal-hal yang akan datang. Maka hatinya adalah ibarat cermin yang memantulkan (bayangan) apa yang tergambar di Luh Mahfuz.

Tetapi meskipun dalam tidur, pikiran tentang hal-hal keduniaan akan menggelapkan cermin ini. maka gambaran yang diterimanya tidaklah terang. Setelah lepasnya nyawa dengan tubuh (mati), Pikiran-pikiran tersebut hilang sirna dan segala sesuatu terlihatlah dalam keadaan yang sebenarnya. Firman Alloh dalam Al-Quran :

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaaf:22).

Dipublikasi di HATI | Tag , , , , | Meninggalkan komentar

TAHAPAN MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT


TAHAPAN-TAHAPAN MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT

Sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa Ma’rifat itu merupakan tujuan pokok, yakni mengenal Allah yang sebenar-benarnya dengan keyakinan yang penuh tanpa ada keraguan sedikitpun (haqqul yaqin). Menurut Imam Al-Ghazali : “ Ma’rifat adalah pengetahuan yang tidak menerima keraguan terhadap Zat dan Sifat Allah SWT “. Ma’rifat terhadap Zat Allah adalah mengetahui bahwa sesungguhnya Allah adalah wujud Esa, Tunggal dan sesuatu Yang Maha Agung, Mandiri dengan sendiri-Nya dan tiada satupun yang menyerupai-Nya. Sedangkan ma’rifat Sifat adalah mengetahui dengan sesungguhnya Allah itu Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

Dari mengetahui tentang Zat dan Sifat Allah, maka selanjutnya Al-Ghazalipun memberi kesimpulan bahwa : “ Ma’rifat adalah mengetahui akan rahasia-rahasia Allah, dan mengetahui peraturan-peraturan Tuhan tentang segala yang ada “ lebih lanjut ditegaskannya bahwa : “ Ma’rifat itu adalah memandang kepada wajah Allah SWT “. Ma’rifat itu sendiri tidak dapat dipisahkan dengan Hakekat. Dengan kata lain datangnya ma’rifat adalah karena terbukanya Hakekat.

Taftazany menerangkan dalam kitab “Syarhul Maqasid” : “Apabila seseorang telah mencapai tujuan akhir dalam pekerjaan suluknya (ilallah dan fillah), pasti ia akan tenggelam dalam lautan tauhid dan irfan sehingga zatnya selalu dalam pengawasan zat Tuhan (tauhid zat) dan sifatnya selalu dalam pengawasan sifat Tuhan (tauhid sifat). Ketika itu orang tersebut fana (lenyap dari sifat keinsanan). Ia tidak melihat dalam wujud alam ini kecuali Allah (laa maujud ilallah).”

Dalam hal ini, seperti apa yang dialami oleh Imam Al-Ghazali dimana ketika orang mengira bahwa Imam Al-Ghazali telah wusul – mencapai tujuannya yang terakhir ke derajat yang begitu dekat kepada Tuhan, maka Imam Al-Ghazali berkata : “Barangsiapa mengalaminya, hanya akan dapat mengatakan bahwa itu suatu hal yang tak dapat diterangkan, indah, utama dan jangan lagi bertanya”. Selanjutnya Imam Al-Ghazali menerangkan : “Bahwa hatilah yang dapat mencapai hakekat sebagaimana yang tertulis pada Lauhin Mahfud, yaitu hati yang sudah bersih dan murni. Tegasnya tempat untuk melihat dan Ma’rifat kepada Allah ialah hati.”

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya “Madarijus Salikin “ : “Ma’rifat adalah suatu kedudukan yang tinggi dari kedudukan orang-orang mu’min (disisi Allah) dan derajat yang tertinggi dari derajat orang-orang yang mendaki menuju alam surgawi “. Selanjutnya beliau berkata : “Bahwa seseorang tidak dikatakan memiliki ma’rifat terkecuali mengetahui Allah SWT melalui jalan yang mengantarkannya kepada Allah, mengetahui segala bentuk penyakit atau penghalang yang ada pada sisinya, yang mengakibatkan terhambatnya hubungan dirinya dengan Allah, yang mana kesemuanya itu ia saksikan dengan ma’rifatnya. Jadi, orang ma’rifat adalah orang yang mengetahui Allah melalui media nama-nama-Nya, sifat-sifat dan perbuatan-Nya. Kemudian berhubungan dengan Allah secara tulus, bersikap ikhlas dan sabar terhadap-Nya dalam menjauhi segala bentuk perbuatan maksiat serta meneguhkan niatnya. Berusaha untuk menanggalkan budi pekerti yang buruk serta penyakit yang merusak. Mensucikan dirinya dari berbagai bentuk kotoran dan kemaksiatan.

Bersabar atas hukum-hukum Allah dalam menghadapi segala nikmat-Nya (tidak terlena), dan musibah yang menimpanya (tidak putus asa). Lalu berdakwah menuju jalan Allah berdasarkan pengetahuannya terhadap agama dan ayat-ayat-Nya. Berdakwah hanya menuju kepada-Nya dengan apa yang dibawa utusan-Nya (yaitu Nabi Muhammad SAW), dengan tidak ditambahi dengan pandangan-pandangan akal manusia yang sesat, kecendrungan-kecendrungan mereka dan hasil kreasi mereka, kaidah-kaidah dan logika-logika mereka yang menyesatkan. Dengan kata lain tidak mengukur risalah yang dibawa oleh Rasulullah dari Allah dengan kesemuanya itu diatas. Orang seperti inilah yang layak menyandang gelar sebagai orang yang ma’rifat kepada Allah, sekalipun banyak orang memberikan panggilan atau julukan yang lain kepadanya”.

Dibawah ini kami cantumkan beberapa khazanah perbendaharaan ma’rifat yang dihimpun oleh Prof. Dr. M. Faiz Al-Math dalam bukunya yang berjudul “Puncak Ruhani Kaum Sufi” diantaranya sebagai berikut :

1. Pendekatan kita kepada Allah adalah pendekatan ilmu, sebab mustahil terjadi suatu pendekatan kepada kebenaran Allah tanpa ilmu.

2. Barangsiapa yang mengenal Allah, maka ia akan menangkap kebesaran kuasa Allah dalam segala sesuatu. Jika ia yang selalu ingat (berzikir) kepada Allah, maka ia akan melupakan yang lain kecuali Allah. Dan siapa saja yang mencintai Allah, maka ia akan mencintai dan melaksanakan ajaran-Nya dan mencampakkan ajaran lain

3. Jika kita menginginkan pintu rahmat terbuka luas, resapilah dalam sanubari akan nikmat yang dianugerahkan Allah kepadamu. Dan jika kita berharap agar hati kita merasa takut akan siksa, renungilah kelalaian kita dalam mengabdi kepada – Nya.

4. Tanda-tanda seseorang ‘aulia’ yang arif adalah senantiasa memelihara rahasia antara dia dengan Allah, tangguh dalam menghadapi cobaan yang merintangi kehidupannya. Lebih-lebih pada cobaan yang diciptakan manusia ia selalu membalasnya dengan cara yang lebih bijaksana. Mengingat tingkat intelektual mereka (tiap orang) tidak sama.

5. Barangsiapa menyadari, bahwa Allah senantiasa mengingin kan kita menjadi orang baik dan Allah lebih memahami tentang hal-hal yang mengundang kemaslahatan, maka artinya kita mampu mensyukuri nikmat Allah dan berhati tentram.

6. Bila kita berkeinginan melacak sampai dimana derajat kita di sisi Allah, maka renungilah perbuatan kita sendiri kegigihan kita dalam beribadah dan sebagainya.

7. Ma’rifat terbangun atas tiga fondasi ; Takut kepada Allah, Malu kepada Allah dan Cinta kepada Allah.

8. Orang Arif adalah orang yang tidak pernah berhenti untuk berdzikir, tak enggan dalam menunaikan ibadah dan senang berdialog dengan Allah. Sehingga tercetak dalam lubuk hatinya sikap enggan bercengkrama dengan hal sia-sia yang tidak dilatarbelakangi manfaat agama.

9. Alangkah janggalnya jika seseorang yang telah menyaksikan ke Maha Kuasaan Allah, namun dia mendurhakai-Nya. Kemanakah dia akan lari untuk mencari tempat perlindu ngan, sedangkan ia menganggap bahwa Allah selalu mengawasi sepak terjangnya. Bagaimana akan berlalai-lalai jika ia merasakan nikmat Allah selalu datang silih berganti kepadanya.

10. Kearifan laksana tanah yang bisa diinjak-injak oleh orang baik dan buruk. Ia bagaikan awan yang mampu mengayomi segala sesuatu, dan bagaikan hujan yang akan jatuh kepada teman maupun lawan.

11. Kearifan, adalah bukanlah apa yang dapat dikeruhkan oleh segala sesuatu. Justru sebaliknya segala sesuatu akan tampak jernih.

12. Ma’rifat kepada Allah sebagai intensitas seseorang hingga menimbulkan rasa malu dalam hatinya, rasa malu kepada Allah yang didasarkan pada rasa mengagungkan. Sebagaimana tauhid merupaka pembangkit rasa puas (rela) terhadap takdir dan timbul rasa berserah diri kepada Zat Yang Maha Pengatur.

13. Ma’rifat, bila telah mendarah daging, maka menjadikan kehidupan seseorang akan jernih (tidak tertindih oleh kepedihan-kepedihan hidup) pencariannya akan bersih dari hal-hal atau unsur-unsur yang haram. Segala sesuatu akan segan kepadanya. Rasa takut kepada sesama mahluk akan lenyap dari hatinya dan akan cenderung untuk menyibukkan diri dalam ibadah kepada Allah.

14. Orang yang memandang sesuatu di dunia ini dari kaca mata ma’rifatnya, walau sesuatu itu dipandang, namun yang tergambar dalam benaknya adalah kekuasaan Allah. Oleh karena itu, mata boleh menangis lantaran melihat cobaan yang menimpa, namun hatinya bersukacita lantaran dosa-dosa yang telah lampau terhapuskan oleh musibah itu.

15. Belum merasa puas orang arif ketika ia meninggalkan dunia terhadap dua perkara, yaitu ; Meratapi terhadap kekurangan dalam beribadah dan Kurangnya banyak memuji Tuhannya.

Selanjutnya mengenai perjalanan menuju Allah sebagaimana tersebut di atas, dengan tahapan-tahapan atau tingkatan-tingkatan yaitu Syari’at, Thariqat, Hakekat, dan Ma’rifat M. S. Resa menyimpulkan dalam bukunya yang berjudul “Mencari Kemurnian Tauhid (Keesaan Allah)” sebagai berikut :

· Syari’at adalah perbuatan (jasad) si hamba dalam melaksanakan ibadah kepada Allah harus dengan semurni-murninya ibadah.

· Thariqat adalah jalan (hati) untuk menuju kesuatu tujuan yang diridhai Allah, dengan hati yang bersih dan ikhlas atas segala perbuatan dan menerima cobaan Allah SWT.

· Hakekat (nyawa) adalah tujuan untuk mencapai keridhaan Allah sehingga terbukti adanya “diri yang hakiki” yang kita hanya dapat merasakan dan sadari, bahwa diri yang yang keluar dari diri, sehingga kita dapat membuktikan dengan kesadaran yang hakiki tentang Kekuasaan Allah, tentang Rahasia Alam, tentang Alam Ghaib dan lain-lainnya.

· Ma’rifat (Rahasia Allah), adalah sampainya suatu tujuan sehingga terwujud suatu kenyataan dan terbukti kebe narannya (tidak diragukan lagi).

Dari bahasan tersebut diatas maka dapat kita simpulkan bahwa hamba yang akan berjalan menuju Allah swt, harus melalui tahapan-tahapan (marhalah-marhalah) yaitu melalui : Syari’at, Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat, atau dengan kata lain harus menempuh proses empat tahapan diantaranya :

– Pertama :

Marhalah Amal Lahir artinya berkekalan melakukan amal ibadah baik yang wajib ataupun yang sunnah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw atau disebut usaha menghias diri dengan Syari’at.

– Kedua :

Marhalah Amal Bathin atau Muraqabah yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh mensucikan diri dari maksiat lahir dan bathin (takhalli) dengan cara taubat dan istighfar, memperbanyak dzikir dan shalawat, menunduk kan hawa nafsu dan menghiasi diri dengan amal terpuji/mahmudah lahir dan bathin (tahalli) atau disebut menjalankan Thariqah.

Pada tahap ini, setelah hati dan rohani telah bersih karena terisi oleh taubat dan istighfar, dzikir-dzikir dan shalawat, maka dengan rahmat Allah datanglah Nur yang dinamakan Nur Kesadaran.

– Ketiga :

Marhalah Riyadhah dan Mujahadah yaitu berusaha melatih diri dan melakukan jihad lahir dan bathin untuk menambah kuatnya kekuasaan rohani atas jasmani, guna membebaskan jiwa dari belenggu nafsu duniawi, supaya jiwa itu menjadi suci bersih bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa-apa yang bersifat suci, sehingga akan beroleh berbagai pengetahuan yang hakiki tentang Allah dan kebesaran-Nya. Pada tahap ini, mulailah jiwa sedikit demi sedikit merasakan hal-hal yang halus serta rahasia, merasakan kelezatan dan kedamaian, dan merasakan nikmatnya iman dan taqwa dalam jiwanya. Kemudian selanjutnya datanglah kasyaf/keterbukaan mata hati, menyusul terbuka hijab sedikit demi sedikit sehingga sampailah ia kepada Nur Yang Maha Agung sebagai puncak tahap/marhalah ketiga. Nur ini dinamakan Nur Kesiagaan yakni kesiagaan dalam muhadarah bersama Allah. Tahap ini juga disebut Tahap Hakikat.

-Keempat :

Marhalah Fana-Kamil yaitu jiwa si salik telah sampai kepada martabat syuhudul haqqi bil haqqi yakni melihat hakekat kebenaran. Kemudian terbukalah dengan terang berbagai alam rahasia baginya yaitu rahasia-rahasia ke-Tuhanan/Rabbani. Dalam pada itu berolehlah dia nikmat besar dalam mendekati Hadrat Ilahi Yang Maha Tinggi. Tahap ini juga disebut dengan Tahap Ma’rifat. Dalam situasi seperti inilah dia menemukan puncak mahabbah dengan Allah, puncak kelezatan yang tiada pernah dilihat mata, tiada pernah di dengar telinga, dan tiada pernah terlintas dalam hati sanubari manusia, tidak mungkin disifati atau dinyatakan dengan kata-kata. Pada marhalah ini sebagai puncak segala perjalanan, maka datanglah Nur yang dinamakan Nur Kehadiran.

Dipublikasi di HATI | Tag , , , , | Meninggalkan komentar

ILMU PENGETAHUAN


Ilmu yg Diperoleh Lewat Ilham dan Lewat Proses Belajar

Tentang Ilmu Pengetahuan

Mencari Ilmu pengetahuan dalam Islam sangat dianjurkan, bahkan merupakan kewajiban yang disamakan dengan Jihad. Diterangkan dalam Al-Qur’an bahwa jika di dalam masyarakat muslim terjadi peperangan, maka mereka tidak boleh pergi ke medan perang seluruhnya, tetap harus ada orang-orang yang disuruh untuk belajar menuntut ilmu yang kedudukannya sama dengan orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Karena itu, ilmu menjadi sangat penting kedudukannya dalam Islam.

Yang menjadi pertanyaan adalah ilmu apa yang dianjurkan dalam Islam untuk dipelajari dan bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan itu? Menjawab pertanyaan ini tentu tidak mudah, karena para ulama berselisih pendapat tentang pembidangan ilmu dalam Islam. Supaya kita tidak terjebak pada perbedaan-perbedaan itu, maka kita akan melihatnya dari sudut pandang Al-Ghazali tentang ilmu pengetahuan. Al-Ghazali telah membuat dua macam perbedaan pengetahuan yang ada pada manusia yaitu:

1. Pengetahuan yang didapatkan melalui belajar dan usaha, atau melalui pembelajaran manusia.

2. Melalui kasyaf dan ilham, yakni melalui pembelajaran rabbani.

Menurut Al-Ghazali pembelajaran manusia merupakan usaha yang didapatkan lewat pengambilan dalil, eksperimentasi dan istimbat hukum.

Sedangkan metode kasyf adalah metode ilmu ladunni—ilmu Rabbani—yang tidak didapatkan lewat usaha, akan tetapi dihujamkan ke dalam hati melalui jalan yang tidak ia ketahui. Oleh karenanya itu, pengetahuan ini disebut ilham atau wahyu dilihat dari cara mendapatkannya, diketahui ataukah tidak diketahui. Allah berfirman,

“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. ” (Al-An’am: 125).

Sesungguhnya manusia bias mendapatkan ilham (wahyu) ilahiyhiyah jika telah terangkat hijab dari hatinya dengan cara menjernihkan dan mensucikan hatinya. Allah berfirman:

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (As-Syam: 9-10).

Al-Ghazali pernah memberikan beberapa contoh atas kebenaran adanya ilham yang akan kami paparkan poin-poinnya sebagai berikut:

1. Al-Ghazali menyebutkan dalam wilayah ini beberapa ayat berikut:

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya.” (Al-Fathir: 2)

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benAr-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Al- Ankabut: 69).

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (At-Thalaq: 2-3).

Ayat ini sebenarnya menjelaskan bahwa jalan keluar itu pasti ada pada setiap kesulitan dan kesusahan dan yang dimaksud dari “memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka” adalah bahwa Allah akan mengajarkannya ilmu tanpa melalui pembelajaran dan memahamkannya tanpa melalui eksperimentasi.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan.” (Al-Anfal: 29).

Al-Ghazali mengaitkan ayat ini dengan perkataannya: “Allah akan memberikan cahaya kepada kalian yang dengannya dapat membedakan antara yang haq dan yang batil dan yang akan mengeluarkannya dari jurang syubuhat.

“Dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Al-Kahfi: 65)

Yang dimaksud dengan ilmu ladunni itu adalah terbukanya rahasia hati tanpa adanya sebab yang dating dari luar.

Di antara bukti paling pokok yang menjelaskan tentang adanya ilham adalah adanya fitrah ketuhanan yang diberikan Allah pada setiap jiwa. Al-Ghazali menjelaskannya seperti di bawah ini:

1. Semua jiwa pada dasarnya adalah ahlul makrifat dan mampu meraihnya, karena semua jiwa, melalui kesuciannya yang asli dan sifat-sifatnya, dapat menerima cahaya jiwa universal di dalamnya, dan siap menerima bentuk yang rasional darinya. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, sedangkan segala ilmu tertanam dalam jiwa melalui kekuatan.

2. Rahmat Allah tercurahkan melalui hikmah-hikmah keder­mawanan dan kemuliaan-Nya, yang tidak seorangpun terlewatkan di dalamnya. Semua itu akan sempurna melalui jiwa universal, sebab segala ilmu berada dalam subtansi jiwa yang berhubungan lansung dengan akal pertama.

3. Di sana ada jiwa-jiwa yang tetap dalam kesuciannya yang pertama, yaitu jiwa-jiwa para nabi yang mampu menerima wahyu dan motivasi, oleh karena itu Allah menerimanya secara menyeluruh.

4. Adapun jiwa-jiwa yang lain, sesuai dengan tingkat keterjagaannya atas kesuciaan jiwanya yang pertama. Di antara penyebab berkurangnya kesucian tersebut adalah:

a. Terkikis dengan sendirinya seperti terkikisnya hati seorang anak kecil.

b. Karena maksiat dan kotoran yang bertumpuk di atas hati berupa syahawat yang mengakibatkan terhalangnya Al-Haq di dalam hati karena gelapnya.

c. Menyimpangnya hati dari tujuan yang diinginkan, yang darinya bersumber kebenaran.

d. Terhalang oleh taklid dan fanatisme mazhab.

Ilmu-ilmu ladunniah tidak pernah terhalang dari hati karena sifat bakhil dari si Pemberi nikmat, akan tetapi bias terhalang karena kotornya jiwa seperti kekeruhan dan kesibukan hati. Oleh karena itu manusia akan mampu memilikinya apabila hijab hati itu terangkat dengan cara menjernihkan dan mensucikan hati dengan tiupan ketuhanan. Allah berfirman,

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (As-Syam: 9-10).

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.” (Al-An’am: 125).

Kemampuan akal manusia untuk mengetahui segala hakikat dan mendapatkan ilmu itu sangat terbatas, manusia tidak akan mampu menguasai atau meraup semua hakikat kosmos, sebagaimana ia tidak mampu mengetahui hakikat-hakikat yang gaib29 dengan usahanya sendiri.

“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra’: 85).

Terlebih lagi, akal manusia cenderung berfikiran salah, sebagaimana akal juga cenderung lalai dan lupa. Dengan demikian manusia pada satu saat membutuhkan petunjuk Allah, dan membutuhkan pengarahan-Nya kepada sesuatu yang membawa kebaikan dan kebajikan pada dirinya, baik itu melalui jalur para nabi dan para rasul, maupun melalui metode ilham dan firasat (mimpi). Misi penting para nabi dan para rasul yang telah diutus oleh Allah sepanjang sejarah yang berbeda adalah membimbing manusia dan mengajarkan kepada mereka syiar-syiar agama dan apa yang terbaik buat manusia.

“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” (Al-Baqarah: 213).

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (An-Nahl: 36).

Ilham adalah semacam ilmu ladunni yang Allah curahkan kepada manusia, dan menghujamkannya ke dalam hati manusia, yang dengannya manusia mampu menyingkap segala rahasia, dan dapat memperjelas segala hakikat.

Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan adanya ilmu ladunni– ilmu rabbani yang dapat mengantarkan pelakunya melalui ilham- yang diberikan Allah kepada para nabi dan rasul-Nya. Di antara contoh itu adalah apa yang disebutkan oleh Al-Qur’an Al-Karim dalam surat Al-Anbiya’ tentang cerita Nabi Dawud dan Sulaiman ketika keduanya menghakimi dua orang lelaki, yang satunya adalah pemilik ladang yang mengadu bahwa kambing lelaki yang satunya telah merumput dan merusak ladangnya.

Kemudian Dawud memenangkan pemiliki ladang itu dengan mengambil kambingnya. Allah Ta’ala memberikan ilham kepada Sulaiman dengan memberikan kemenangan pada pemilik ladang dengan cara mengambil manafaat dari hasil kambing, keturunan, dan dari bulunya sebagai ganti dari hasil ladang yang telah dimakan oleh kambing itu, sebagai salah satu cara untuk mendamaikan pemilik kambing yang menjadi balasan kepada pemilik ladang itu. Nabi Dawud melihat kevalidan pendapat Sulaiman lalu mencabut hukum yang diberikan kepadanya. Firman Allah:

“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat).” (Al-Anbiya’: 78-79).

Dan firman Allah Ta’ala tentang Nabi Dawud:

“Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Baqarah: 251).

“Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta‘bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Yusuf 21-22)

Di antara contoh-contoh yang nyata dalam Al-Qur’an mengenai Ilmu ladunni terdapat dalam surat Al-Kahfi tentang hamba yang Shaleh (Haidhir) yang diminta oleh Musa, sebagai temannya untuk belajar Ilmu dari orang tersebut

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (Al-Kahfi 65-66).

Sekalipun Musa adalah seorang Nabi dan Rasul tetapi Allah tidak pernah mengajarkan kepadanya sesuatu seperti yang Allah ajarkan secara khusus kepada hamba yang shaleh tersebut berupa ilmu ladunni yang dapat menyingkap rahasia-rahasia gaib yang tidak pernah diketahui Nabi Musa sebelumnya. Seorang hamba yang shaleh tadi diberikan pengetahuan oleh Allah sehingga dia mengetahui bahwa di sana ada seorang raja yang ingin merampok kapal dan membegalnya, oleh karena itu ia membocorkan perahu yang dimiliki kaum fakir dan miskin supaya tenggelam dan menyelamatkannya dari raja yang dzalim. Allah juga memberikan pengetahuan kepadanya bahwa anak yang dibunuhnya itu akan berbuat durhaka terhadap kedua orang tuanya yang Shaleh, lalu Allah menghendaki untuk menggantikan keduanya dengan anak yang lebih baik darinya.

Sebagaimana ia juga tahu bahwa di bawah dinding yang akan dia hancurkan itu, terdapat harta karun milik dua anak miskin di kota, kedua orang tuanya adalah orang shaleh, lalu orang tuanya membangun tembok untuk menyaimpan harta karun itu untuk kedua anaknya sampai mereka berdua dewasa dan dapat menikmati harta itu. Hamba yang shaleh itu (Haidir) berkata bahwa apa yang dilakukannya itu bukan keinginannya akan tetapi merupakan perintah Allah Ta’ala:

“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (Al-Kahfi: 82).

Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menunjukkan tentang bisikan atau ilham Tuhan yang mungkin diberikan kepada selain para Nabi dan Rasul. Hal itu terjadi pada Ibunda Nabi Musa Alaihissalam.

Firaun yang kejam dan melampaui batas telah bersikap sombong, menjadikan penduduk Mesir menjadi beberapa golongan, setiap golongan berada dalam naungan kekuasaannya. Terjadilah penindasan dan kedzaliman yang luar biasa atas bani Israil karena mereka berseberangan aqidah dengannya. Fir’aun yang terlaknat merasa bahwa itu merupakan ancaman bagi kekuasaanya karena adanya golongan ini di Mesir. Maka ia segera mencari solusi yang kotor untuk menghilangkan ancaman yang berasal dari golongan ini. Hal itu dilakukan dengan cara menyembelih setiap anak lelaki dari anak-anak bani Israil yang baru dilahirkan sehingga populasi kaum lelaki mereka tidak bertambah. Sedangkan Musa Alahissalam, dilahirkan pada situasi yang genting di mana bahaya mengancam jiwanya dan kematian mengitarinya.

Situasi inilah yang membuat ibunya kebingungan, ketakutan akan tersebarluasnya kelahiran anak tercintanya. Dia dan banyinya berada dalam kegelisahan. Dia merasa tidak mampu melindungi dan menyembunyikan anaknya. Dari sinalah campur tangan Tuhan bermula. Ibunya selalu dihantui oleh rasa kegelisahan yang mencekam dan terbersitlah dalam benak ibunya sebuah ide yang harus dilakukan. Lalu Allah mewahyukan cara itu:

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (Al-Qasash: 7).

Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa iman, takwa, dan ikhlas adalah wujud penghambaan kepada Allah dan segala sesuatu yang membawa kepada penyucian hati dan penerangan ruh dapat menjadikan manusia siap untuk menerima bisikan dan Ilham dari Allah Ta’ala di mana dia akan menunjukkanya ke jalan kebaikan dan kebenaran, dan akan membimbingnya ke jalan kemuliaan dan akan memberikannya petunjuk:

“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (Muhammad: 17).

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benAr-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benAr-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut: 69).

Psikolog kontemporer tidak menyanggah pendapat yang mengkaji tentang ilham ketuhanan ini, namun ketika mereka mengkaji suatu pemikiran yang muncul secara tiba-tiba, mereka dengan serta-merta menyebutnya dengan istilah ilham atau iluminasi. Menurut mereka ilham itu adalah pemikiran-pemikiran baru yang muncul secara tiba-tiba ketika seseorang sedang mencari solusi dari problem yang dihadapinya. Mereka mengorientasikan ilham ini sebagai sesuatu yang terpancar dari akal si pemikir itu sendiri, bukan sesuatu yang berasal dari faktor eksternal. Ketika manusia berfikir tentang problem apapun sejenak tanpa ada petunjuk terhadap solusi dari permasalahan itu kemudian ia meninggalkannya, biasanya dalam beberapa waktu otaknya kembali jernih kemudian kembali untuk berfikir tentang masalah itu selanjutnya.

Peristiwa ditengah-tengah waktu istirahat tersebut—yang disebut oleh psikolog sebagai waktu penjernihan—terjadi perubahan-perubahan penting dalam proses berfikir. Yang pertama melepaskan fikiran dari gangguan-gangguan yang mencegahnya untuk menemukan solusi. Kedua mendinginkan otak dari curahan tenaga yang telah digemboskannya sebagai transformasi pemikiran dalam sebuah persoalan, di mana kalau berfikir ulang tentangnya akan semakin jernih. Ketiga, peristiwa model pengaturan ini dalam pengetahuan manusia dapat membawa kejelasan antara beberapa relasi yang sebelumnya tidak jelas. Lalu muncullah ide-ide baru, dan ketenangan dalam mencari solusi atas sebuah problem.

Pada kenyataannya tidak terdapat pertentangan anatara apa yang dikemukan oleh para psikolog modern dalam interpretasi mereka terhadap pemikiran baru dengan penafsiran secara religious tentang ilham itu sendiri. Para psikolog modern tetap memegang interpretasi mereka melalui proses fisiologis yang turut melengkapi organ otak, dan melalui proses cek psikologis yang mengiringinya. Akan tetapi tokoh agama dengan segala penerimaannya terhadap adanya proses fisiologis yang turut melengkapi organ otak dan proses psikologis yang mengiringinya, mereka tidak terhenti di sana bahkan melampui tingkat penafsiran ini.

Mereka berpendapat bahwa Allah lah yang menggerakkan segala sesuatu yang ada di alam ini dan yang menjadi Pengatur bagi semua ururasan-urusanya, terkadang kehendak-Nya tertuang dalam proses berfikir di kalangan sebagian manusia melalui segala cara, di mana itu dapat menunjukkan mereka ke dalam penyingkapan terhadap beberapa hakikat yang Allah ingin mengilhami mereka lewat jalan itu, lalu tampak jelaslah bagi mereka hakikat-hakikat ini seolah terpancar di dalam akal mereka secara tiba-tiba. Terkadang kehendak Allah untuk memberikan ilham itu bertepatan dengan saat seseorang berfikir tentang sesuatu. Allah bias melimpahkannya kapan pun Allah kehendaki kepada para nabi dan rasul-Nya dan hamba-hamba-Nya berupa bisikan-bisikan dan ilham.

Para psikolog Muslim terdahulu sejak lama membuat interpretasi tentang ilham yaitu sebuah tafsiran yang sesuai dengan konsep agama, dan sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an. Imam Al-Ghazali misalnya, berkaitan dengan pendapat-pendapatnya yang telah lalu mengenai bisikan-bisikan dan ilham mengemukan dalil qath’i untuk mentashih pandangannya tentang ilham itu sendiri. Keajaiban mimpi yang benar dapat membuka tabir alam gaib. Apabila hal itu terjadi pada saat tidur maka tidak mustahil hal itu terjadi pada saat terjaga. Al-Ghazali berkata,

“Tidak dibedakan antara kondisi tertidur dengan kondisi terjaga, kecuali kalau sedang tidak enak perasaan, dan atau sedang tidak respon dengan sesuatu yang berada di luar dirinya (faktor eksternal), betapa banyak orang yang sedang terjaga, berakal tidak dapat mendengar, melihat karena sibuk dengan dirinya sendiri.”

Al-Ghazali sepakat dengan Ibnu Sina dalam menginterpretasikan wahyu atau ilham yang terjadi pada sebagian manusia dalam bentuk mimpi, yang mana pada saat itu jiwanya sedang terhubungan dengan alam malakut yang paling tinggi, dan sedang mendapatkan tiupan wahyu atau ilham dari Tuhan. Yang dimaksud dengan mimpi dalam Al-Qur’an adalah penglihatan yang jujur (mimpi yang benar) yang Allah berikan kepada para nabi dan rasul-Nya dan kepada manusia selain mereka dengan wahyu atau ilham tertentu, atau mengabarkan kepada mereka melalui satu perkara yang akan terjadi suatu saat nanti, contoh dari hal itu adalah mimpi yang dialami oleh Yusuf Alaihissalam.:

“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (Yusuf: 4).

Mimpi ini nantinya benar-benar terwujud ketika Yusuf menghadirkan kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya, pada saat mereka mendatanginya, mereka bersujud sebagai rasa hormat kepadanya.

Al-Qur’an juga menyebutkan mimpi yang dialami oleh masing-masing dari dua pemuda yang dimasukkan ke dalam penjara bersama Yusuf dan Yusuf menafsirkan mimpi keduanya32. sebagaimana Al-Qur’an juga menyebutkan mimpi yang dilihat oleh raja Mesir.

“Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.” Hai orang-orang yang terkemuka: “Terangkanlah kepadaku tentang ta`bir mimpiku itu jika kamu dapat mena`birkan mimpi.” (Yusuf: 43).

Interpretasi Yusuf terhadap mimpi ini adalah benar. Begitu juga mimpi yang dialami Rasulullah pada tahun yang di dalamnya Rasulullah mengadakan perjanjian Hudaibiyah bahwa Ia bermimpi masuk kota Makkah dan Tawaf di Baitullah:

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” (Al-Fath: 27).

Pada akhir diskusi mengenai bisikan dan ilham ini, kami menyebutkan beberapa ayat yang ada hubungannya dengan bisikan yang diberikan kepada Nabi Allah Musa:

“Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!”. Maka memancarlah daripadanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing.” (Al-A’raf: 160).

“Dan kami wahyukan kepada Musa: “Lemparkanlah tongkatmu!” Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan.” (Al-A’raf: 117),

“Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: “Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli”. (As-Syu’ara’: 52).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan Al-Ghazali, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua macam, yaitu pengetahuan yang didapatkan melalui belajar dan usaha, atau melalui pembelajaran manusia. Kedua, ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui kasyaf dan ilham, yakni melalui pembelajaran rabbani. Jika keduanya dipelajari dengan benar berdasarkan petunjuk Allah, maka keduanya akan bisa sampai kepada pengetahuan tentang Allah. Wallahu a’lam bishawab.

Dipublikasi di HATI | Tag , , , , | Meninggalkan komentar

PENGERTIAN TAWAKAL


Tawakal yang Sebenarnya

Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan hadits no. 49 mengatakan, “Tawakal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘azza wa jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata‘.”

Tawakal Bukan Hanya Pasrah

Perlu diketahui bahwa tawakal bukanlah hanya sikap bersandarnya hati kepada Allah semata, namun juga disertai dengan melakukan usaha.

Ibnu Rajab mengatakan bahwa menjalankan tawakal tidaklah berarti seseorang harus meninggalkan sebab atau sunnatullah yang telah ditetapkan dan ditakdirkan. Karena Allah memerintahkan kita untuk melakukan usaha sekaligus juga memerintahkan kita untuk bertawakal. Oleh karena itu, usaha dengan anggota badan untuk meraih sebab termasuk ketaatan kepada Allah, sedangkan tawakal dengan hati merupakan keimanan kepada-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS. An Nisa [4]: 71). Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al Anfaal [8]: 60). Juga firman-Nya (yang artinya), “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah” (QS. Al Jumu’ah [62]: 10). Dalam ayat-ayat ini terlihat bahwa kita juga diperintahkan untuk melakukan usaha.

Sahl At Tusturi mengatakan, “Barang siapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan -pen). Barang siapa mencela tawakal (tidak mau bersandar pada Allah, pen) maka dia telah meninggalkan keimanan. (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam)

Burung Saja Melakukan Usaha untuk Bisa Kenyang

Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 310)

Imam Ahmad pernah ditanyakan mengenai seorang yang kerjaannya hanya duduk di rumah atau di masjid. Pria itu mengatakan, “Aku tidak mengerjakan apa-apa sehingga rezekiku datang kepadaku.” Lalu Imam Ahmad mengatakan, “Orang ini tidak tahu ilmu (bodoh). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Allah menjadikan rezekiku di bawah bayangan tombakku.” Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda (sebagaimana hadits Umar di atas). Disebutkan dalam hadits ini bahwa burung tersebut pergi pada waktu pagi dan kembali pada waktu sore dalam rangka mencari rizki. (Lihat Umdatul Qori Syarh Shohih Al Bukhari, 23/68-69, Maktabah Syamilah)

Al Munawi juga mengatakan, “Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rezeki, yang memberi rezeki adalah Allah ta’ala. Hal ini menunjukkan bahwa tawakal tidak harus meninggalkan sebab, akan tetapi dengan melakukan berbagai sebab yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rezeki dengan usaha sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rezeki. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jaami’ At Tirmidzi, 7/7-8, Maktabah Syamilah)

Tawakal yang Termasuk Syirik

Setelah kita mengetahui pentingnya melakukan usaha, hendaknya setiap hamba tidak bergantung pada sebab yang telah dilakukan. Karena yang dapat mendatangkan rezeki, mendatangkan manfaat dan menolak bahaya bukanlah sebab tersebut tetapi Allah ta’ala semata.

Imam Ahmad mengatakan bahwa tawakal adalah amalan hati yaitu ibadah hati semata (Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 2/96). Sedangkan setiap ibadah wajib ditujukan kepada Allah semata. Barang siapa yang menujukan satu ibadah saja kepada selain Allah maka berarti dia telah terjatuh dalam kesyirikan. Begitu juga apabila seseorang bertawakal dengan menyandarkan hati kepada selain Allah -yaitu sebab yang dilakukan-, maka hal ini juga termasuk kesyirikan.

Tawakal semacam ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam), apabila dia bertawakal (bersandar) pada makhluk pada suatu perkara yang tidak mampu untuk melakukannya kecuali Allah ta’ala. Seperti bersandar pada makhluk agar dosa-dosanya diampuni, atau untuk memperoleh kebaikan di akhirat, atau untuk segera memperoleh anak sebagaimana yang dilakukan oleh para penyembah kubur dan wali. Mereka menyandarkan hal semacam ini dengan hati mereka, padahal tidak ada siapapun yang mampu mengabulkan hajat mereka kecuali Allah ta’ala. Apa yang mereka lakukan termasuk tawakal kepada selain Allah dalam hal yang tidak ada seorang makhluk pun memenuhinya. Perbuatan semacam ini termasuk syirik akbar. Na’udzu billah min dzalik.

Sedangkan apabila seseorang bersandar pada sebab yang sudah ditakdirkan (ditentukan) oleh Allah, namun dia menganggap bahwa sebab itu bukan hanya sekedar sebab (lebih dari sebab semata), seperti seseorang yang sangat bergantung pada majikannya dalam keberlangsungan hidupnya atau masalah rezekinya, semacam ini termasuk syirik ashgor (syirik kecil) karena kuatnya rasa ketergantungan pada sebab tersebut.

Tetapi apabila dia bersandar pada sebab dan dia meyakini bahwa itu hanyalah sebab semata sedangkan Allah-lah yang menakdirkan dan menentukan hasilnya, hal ini tidaklah mengapa. (Lihat At Tamhiid lisyarhi Kitabit Tauhid, 375-376; Syarh Tsalatsatil Ushul, 38; Al Qoulul Mufid, 2/29)

Penutup

Ingatlah bahwa tawakal bukan hanya untuk meraih kepentingan dunia saja. Tawakal bukan hanya untuk meraih manfaat duniawi atau menolak bahaya dalam urusan dunia. Namun hendaknya seseorang juga bertawakal dalam urusan akhiratnya, untuk meraih apa yang Allah ridhai dan cintai. Maka hendaknya seseorang juga bertawakal agar bagaimana bisa teguh dalam keimanan, dalam dakwah, dan jihad fii sabilillah. Ibnul Qayyim dalam Al Fawa’id mengatakan bahwa tawakal yang paling agung adalah tawakal untuk mendapatkan hidayah, tetap teguh di atas tauhid dan tetap teguh dalam mencontoh/mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berjihad melawan ahli bathil (pejuang kebatilan). Dan beliau rahimahullah mengatakan bahwa inilah tawakal para rasul dan pengikut rasul yang utama.

Kami tutup pembahasan kali ini dengan menyampaikan salah satu faedah tawakal. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaaq [65]: 2-3). Al Qurtubi dalam Al Jami’ Liahkamil Qur’an mengatakan, “Barang siapa menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca ayat ini kepada Abu Dzar. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Seandainya semua manusia mengambil nasihat ini, sungguh hal ini akan mencukupi mereka.” Yaitu seandainya manusia betul-betul bertakwa dan bertawakal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka. (Jami’ul Ulum wal Hikam, penjelasan hadits no. 49). Hanya Allah-lah yang mencukupi segala urusan kami, tidak ada ilah yang berhak disembah dengan hak kecuali Dia. Kepada Allah-lah kami bertawakal dan Dia-lah Rabb ‘Arsy yang agung.

Dipublikasi di HATI | Tag , , , | Meninggalkan komentar